قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَاللّٰهُ شَهِيْدٌ عَلٰى مَا تَعْمَلُوْنَ
Qul yā ahlal-kitābi lima takfurūna bi'āyātillāh(i), wallāhu syahīdun ‘alā mā ta‘malūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”
Setelah jelas dalil dan penjelasan yang diberikan kepada Ahli Kitab atas kebohongan mereka, tetapi mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, katakanlah “Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, mendustakan Al-Qur’an dan mengingkari kerasulanku, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” Tidak ada kedustaan dan perbuatan kalian yang samar bagi Allah walaupun kalian berusaha menyembunyikannya. Dia akan membalas keburukan perbuatan kalian kelak di hari kiamat.
Dengan ayat ini, para Ahli Kitab yang tetap tidak membenarkan kenabian Muhammad saw dicela padahal bukti-bukti atas kenabian itu sudah cukup banyak dan cukup jelas. Dengan keingkaran dan kekafiran itu mereka selalu berusaha memecah belah kaum Muslimin dan melemahkan posisi mereka.
Taṣuddūn تَصُدُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 99)
Taṣuddūn yang berakar kata ṣadda, yaṣuddu, aṣṣaddu secara etimologis ber-arti “memalingkan” (an-Nisā'/4: 61) “mencegah” (al-Ḥajj/22: 25; al-Baqarah/2: 217), “menghalangi” (an-Naml/27:24) “menentang” Muḥammad/47:1). Dalam ayat ini (99) dikritik perilaku Ahli Kitab yang acapkali menghalang-halangi, menentang, dan lain-lain, orang yang telah beriman dalam menjalankan keimanannya. Hal ini mereka lakukan dengan tujuan supaya orang yang telah beriman kembali kepada perilaku sebelumnya.

