اِنِّيْ ظَنَنْتُ اَنِّيْ مُلٰقٍ حِسَابِيَهْۚ
Innī ẓanantu annī mulāqin ḥisābiyah.
Sesungguhnya (saat di dunia) aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan diriku.”
Sesungguhnya ketika di dunia aku yakin, bahwa suatu saat aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. ltulah sebabnya aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya."
Dengan bangga dan penuh kepuasan orang-orang mukmin berkata, “Aku telah yakin bahwa Tuhan akan menghisabku dan aku akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanku hari ini. Karena itulah, selama hidup di dunia aku beriman kepada Allah serta melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya yang disampaikan Nabi Muhammad. Aku pun yakin bahwa Tuhanku akan menghisab dan menimbang amal perbuatanku.”
Menurut aḍ-Ḍaḥḥāk, setiap perkataan ẓann (dugaan) yang berhubungan dengan orang-orang yang beriman, yang terdapat dalam Al-Qur’an berarti yakin, dan kalau berhubungan dengan orang-orang kafir berarti ragu-ragu.
Al-Ḥasan berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman mempunyai dugaan yang mendekati keyakinan (ẓann) yang paling baik kepada Tuhannya, lalu mereka meningkatkan amalnya untuk akhirat, sedangkan orang-orang munafik mempunyai keragu-raguan (ẓann) yang paling buruk terhadap Tuhannya; maka ia mempunyai amal yang buruk pula untuk akhirat.”
Demikian pula dalam ayat ini. Perkataan ẓanantu berarti “aku yakin” bukan “aku ragu”, atau “aku menduga”. Arti yang semakna dengan ini terdapat pula pada firman Allah:
لَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُوْن َ وَالْمُؤْمِنٰت ُ بِاَنْفُسِهِمْ خَيْرًاۙ وَّقَالُوْا هٰذَآ اِفْكٌ مُّبِيْنٌ ١٢
Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.” (an-Nūr/24: 12)
1. Hā’umu هَاؤُمُ (al-Ḥāqqah/69: 19)
Hā’umu adalah kata seru yang artinya: hai, inilah, ambillah! Sebenarnya kata seru berarti ambillah adalah hā (ها). Adapun umu (ؤم) adalah zā'idah (tambahan) saja, sebagai pemanis yang memperindah ungkapan kalimat. Pada ayat 19 digambarkan keadaan orang-orang mukmin yang beramal saleh pada hari penghisaban atau perhitungan segala amal di dunia ketika menerima kitab amal perhitungan mereka dari sebelah kanan yang menunjukkan mereka adalah orang-orang baik. Maka dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, setelah menerima kitab catatan amal, mereka langsung berkata, “Ini dia kitab catatan amalku, ambillah dan lihatlah, bacalah kitab catatan amalku ini, aku sungguh sangat gembira dan bahagia, karena catatan amal perbuatanku di dunia baik-baik semua.”
2. Mulāqin مُلاَقٍ (al-Ḥāqqah/69: 20)
Mulāqin adalah bentuk isim fā‘il, berasal dari fi‘il lāqā-yulāqī-liqā'an wa mulāqātan yang artinya bertemu, menemui. Isim fā‘il itu mulanya adalah al-mulāqī (الملاقى), ada ya naqiṣ pada akhirnya, tetapi dalam keadaan nakirah huruf naqiṣ itu dibuang. Ungkapan inni mulāqin ḥisābiyah artinya: sungguh aku akan menemui atau menerima hisab atau perhitungan amal perbuatanku. Ayat 20 ini menggambarkan keadaan orang mukmin yang beramal saleh dan menghindari amal buruk, dengan riang gembira berkata, “Sejak dahulu, ketika di dunia aku telah yakin, pasti akan menemui hari hisab ini, dan aku akan menerima hisab perhitungan amalku di dunia dengan tepat dan benar, sesuai dengan apa yang kita kerjakan di dunia. Ternyata keyakinan itu semua benar-benar terjadi, aku bahagia sekali.”

