فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۚ
Fa huwa fī ‘īsyatir rāḍiyah(tin).
Maka, ia berada dalam kehidupan yang menyenangkan
Maka sebagai balasan atas amal salehnya ketika di dunia orang itu berada dalam kehidupan yang menyenangkan dan diridai,
Pada ayat ini, diterangkan bahwa balasan yang diterima orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan adalah berada dalam kehidupan yang diridai. Hidup yang diridai itu adalah hidup yang dicita-citakan oleh setiap orang yang beriman, yaitu hidup yang diridai Allah, seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk Allah. Tidak ada satu pun yang menaruh iri, dengki, dendam, dan benci kepadanya, sehingga segala sesuatu yang dihadapinya adalah baik dan menimbulkan kebaikan kepada dirinya. Tidak ada sesuatu yang menyakitkan hatinya dan tidak ada perbuatan atau sikap yang menyinggung perasaannya, semuanya enak didengar dan dirasakan.
Dalam firman Allah yang lalu diterangkan bahwa jiwa yang tenang adalah jiwa yang hidup dalam kehidupan yang diridai dan termasuk kelompok hamba-hamba Allah:
يٰٓاَيَّتُ هَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنّ َةُۙ ٢٧ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ ٢٨ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ ٢٩ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ ٣٠
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr/89: 27-30)
1. Hā’umu هَاؤُمُ (al-Ḥāqqah/69: 19)
Hā’umu adalah kata seru yang artinya: hai, inilah, ambillah! Sebenarnya kata seru berarti ambillah adalah hā (ها). Adapun umu (ؤم) adalah zā'idah (tambahan) saja, sebagai pemanis yang memperindah ungkapan kalimat. Pada ayat 19 digambarkan keadaan orang-orang mukmin yang beramal saleh pada hari penghisaban atau perhitungan segala amal di dunia ketika menerima kitab amal perhitungan mereka dari sebelah kanan yang menunjukkan mereka adalah orang-orang baik. Maka dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, setelah menerima kitab catatan amal, mereka langsung berkata, “Ini dia kitab catatan amalku, ambillah dan lihatlah, bacalah kitab catatan amalku ini, aku sungguh sangat gembira dan bahagia, karena catatan amal perbuatanku di dunia baik-baik semua.”
2. Mulāqin مُلاَقٍ (al-Ḥāqqah/69: 20)
Mulāqin adalah bentuk isim fā‘il, berasal dari fi‘il lāqā-yulāqī-liqā'an wa mulāqātan yang artinya bertemu, menemui. Isim fā‘il itu mulanya adalah al-mulāqī (الملاقى), ada ya naqiṣ pada akhirnya, tetapi dalam keadaan nakirah huruf naqiṣ itu dibuang. Ungkapan inni mulāqin ḥisābiyah artinya: sungguh aku akan menemui atau menerima hisab atau perhitungan amal perbuatanku. Ayat 20 ini menggambarkan keadaan orang mukmin yang beramal saleh dan menghindari amal buruk, dengan riang gembira berkata, “Sejak dahulu, ketika di dunia aku telah yakin, pasti akan menemui hari hisab ini, dan aku akan menerima hisab perhitungan amalku di dunia dengan tepat dan benar, sesuai dengan apa yang kita kerjakan di dunia. Ternyata keyakinan itu semua benar-benar terjadi, aku bahagia sekali.”

