وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ
Wasy-syaf‘i wal-watr(i).
demi yang genap dan yang ganjil,
Demi yang genap dan yang ganjil dari semua hal. Bisa juga dipahami bahwa yang genap itu adalah makhluk Allah, sedangkan yang ganjil adalah Allah. Dia Maha Esa dan tanpa bandingan. Allah tidak membutuhkan apa dan siapa pun, sedang makhluk sangat bergantung pada yang lain.
Berikutnya lagi Allah bersumpah dengan “yang genap dan yang ganjil”. “Yang genap adalah yaumun-naḥr di atas, yaitu tanggal 10 Zulhijah, dan “yang ganjil” adalah hari ‘Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijah. Itu adalah hari-hari yang dimuliakan juga. Tanggal 9 Zulhijah adalah hari wukuf di ‘Arafah, yaitu hari dimulainya ibadah haji, dan tanggal 10 Zulhijah adalah hari mulai penyembelihan hewan kurban.
Liżī Ḥijr لِذِيْ حِجْرٍ (al-Fajr/89: 5)
Kata liżī ḥijr berarti orang-orang yang memiliki akal. Kata ḥijr terambil dari kata ḥajara yang berarti membatasi dan mencegah. Darinya diambil kata ḥujrah yang berarti kamar. Disebut demikian, karena ia membatasi orang lain untuk memasukinya. Darinya diambil kata ḥajarul-bait yang berarti Batu Baitullah. Disebut demikian karena ia menghalangi orang yang tawaf untuk menyentuh dinding Syami Ka‘bah. Darinya juga diambil kalimat ḥajaral-ḥākim ‘ala fulān yang berarti pemerintah membatasi kewenangan fulan untuk berbuat. Akal disebut ḥijr karena ia mencegah seseorang untuk berbuat dan berkata yang tidak pantas baginya.

