v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 13 - Surat Al-Fajr (Fajar)
الفجر
Ayat 13 / 30 •  Surat 89 / 114 •  Halaman 593 •  Quarter Hizb 60 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Makkiyah

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ

Fa ṣabba ‘alaihim rabbuka sauṭa ‘ażāb(in).

maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?

Makna Surat Al-Fajr Ayat 13
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Karena kesewenangan dan kezaliman mereka itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab kepada mereka. Allah membinasakan kaum ‘Ad dengan topan yang sangat dingin selama tujuh malam berturut-turut; kaum amud dengan suara menggelegar dan petir yang menyambar (Lihat:Fussilat/41:16; al-Haqqah:/69:67); dan Fir’aun beserta tentaranya ditenggelamkan di Laut Merah.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Akhirnya Allah “menumpahkan kepada mereka cemeti azab”, yang berarti bahwa azab itu dicurahkan seluruhnya kepada mereka sehebat-hebatnya, sehingga mereka hancur lebur tak bersisa dan yang tertinggal hanyalah nama untuk diingat orang. Yang menimpakan azab itu adalah “Tuhanmu” (ya, Muhammad!), yang berarti bahwa peristiwa-peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah agar mereka tidak terus-menerus membangkang.

Bagaimana azab yang ditimpakan kepada bangsa-bangsa itu dinyatakan dalam ayat-ayat lain:

فَاَمَّا ثَمُوْدُ فَاُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ ٥ وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ ٦ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ ٧ فَهَلْ تَرٰى لَهُمْ مِّنْۢ بَاقِيَةٍ ٨ وَجَاۤءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهٗ وَالْمُؤْتَفِك ٰتُ بِالْخَاطِئَةِ ۚ ٩ فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ فَاَخَذَهُمْ اَخْذَةً رَّابِيَةً ١٠

Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras, sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? Kemudian datang Fir‘aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (al-Ḥāqqah/69: 5-10)

Isi Kandungan Kosakata

Irama Żātil-‘Imād الْعِمَادِ ذَاتِ اِرَمَ (al-Fajr/89: 7)

Kata-kata ini hanya terdapat dalam Surah al-Fajr/89: 7. Kata ‘imād dalam Irama żātil-‘imād secara harfiah berarti kemah yang bertiang-tiang, yakni bangunan yang tinggi. Żātul-‘imād juga telah menjadi sebutan bagi kaum ‘Ad, ras Arab sebelum kaum Samud (lihat kosakata ‘Ad dan Samud). Menurut Ibnu Kaṡīr, disebut żātul-‘imād karena mereka tinggal di rumah-rumah dari batu yang ditopang oleh tiang-tiang yang kuat, dan pada zamannya mereka termasuk orang-orang yang berperawakan tegap dan garang. Demikian juga pendapat beberapa mufasir yang lain. Ada dua periode ‘Ad, yaitu ‘Ad pertama dan ‘Ad kedua dengan menyebutkan silsilah mereka sampai kepada Nabi Nuh. Ada anggapan bahwa kata-kata żātul-‘imād merupakan suatu kesatuan kata sebagai istilah geografi Irama żātil-‘imād. Sementara Iram ialah nama kota purbakala kaum ‘Ad di Arab bagian selatan, dan mereka dikenal sebagai ahli bangunan. Umumnya mufasir berpendapat bahwa Iram nama orang, nenek moyang kaum ‘Ad. Pengertian “tiang-tiang yang tinggi” ditafsirkan sebagai sosok tubuh yang tinggi.

Dalam Tafsir Abdullah Yusuf Ali diungkapkan bahwa menurut para mufasir, Iram adalah nama eponim seorang pahlawan kaum ‘Ad, dan “tiang-tiang yang tinggi” ditafsirkan dengan “sosok tubuh yang tinggi”, dan memang sosok tubuh kaum ‘Ad tinggi-tinggi. Kawasan selatan Jazirah Arab ini pernah menjadi sangat makmur dan kaya dengan puing-puing dan prasasti-prasasti. Bagi orang Arab sendiri, daerah itu menjadi sasaran yang selalu menarik. Pada zaman muawiyah, pernah ditemukan beberapa permata dalam reruntuhan di tempat itu. Belum lama ini telah ditemukan pula perunggu kepala singa dan sebuah perunggu talang air dengan prasasti Saba’, terdapat di Najran.