يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ
Yaqūlu yā laitanī qaddamtu liḥayātī.
Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”
Dia berkata dengan penuh kesadaran, “Alangkah baiknya sekiranya di dunia dahulu aku beriman dan mengerjakan amal saleh untuk kenyamanan hidupku di akhirat ini.” Penyesalan itu sudah tidak berguna. Maka, berbahagialah kini orang yang membekali diri di dunia dengan iman dan amal saleh.
Ketika itu orang-orang yang durhaka menyesali diri mereka mengapa dulu di dunia tidak melakukan sesuatu yang berguna untuk kehidupannya di akhirat.
Dakkan دَكًّا (al-Fajr/89: 21)
Kata dakkan berarti guncangan, maṣdar (kata jadian) dari kata dakka yang berarti menghancurkan gunung, dinding, dan semisalnya. Di dalam Al-Qur’an, kata ini diulang sebanyak tujuh kali dalam beberapa bentuk. Di antaranya adalah dakkā’ yang berarti hancur luluh, yaitu di dalam firman Allah, “Dia (Zulkarnain) berkata, ‘(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar’.” (al-Kahf/18: 98)

