v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 52 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 52 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 8 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Ṡumma ‘afaunā ‘ankum mim ba‘di żālika la‘allakum tasykurūn(a).

Setelah itu, Kami memaafkan kamu agar kamu bersyukur.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 52
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Walaupun kedurhakaan Bani Israil sudah berlipat-lipat, namun Allah memberikan maaf kepada mereka. Kemudian Kami memaafkan kamu atas berbagai kedurhakaan dan ketidaksyukuran yang kamu lakukan setelah itu, agar kamu kembali ke jalan lurus dan bersyukur atas nikmat yang telah dicurahkan oleh Allah. Dengan demikian, semoga kamu dapat memperbaiki diri.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun kepada hamba-Nya. Walaupun Bani Israil telah melakukan kekafiran dan kemusyrikan sedemikian rupa, namun Allah masih memberikan maaf dan ampunan kepada mereka, agar mereka mensyukuri-Nya. Allah tidak segera menimpakan azab kepada mereka melainkan ditangguhkan-Nya sampai datangnya Nabi Musa a.s. dan memberitahukan kepada mereka cara menebus dosa, agar selanjutnya mereka mensyukuri nikmat-Nya.

Isi Kandungan Kosakata

Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)

Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya.