v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 53 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 53 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 8 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَاِذْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Wa iż ātainā mūsal-kitāba wal-furqāna la‘allakum tahtadūn(a).

(Ingatlah) ketika Kami memberikan kitab (Taurat) dan furqān kepada Musa agar kamu memperoleh petunjuk.26)

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 53
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Nikmat berikut yang diberikan kepada Bani Israil adalah kitab Taurat dan al-Furqan. Dan ingatlah lagi, ketika Kami memberikan kepada Musa Kitab kumpulan dari wahyu dan berfungsi sebagai Furqan, pembeda antara yang hak dengan yang batil, agar kamu memperoleh petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini Allah swt mengingatkan lagi kepada mereka tentang nikmat-Nya yang lain yaitu Kitab Taurat yang diturunkan kepada mereka sebagai bukti untuk menguatkan kerasulan Nabi Musa a.s. Kitab tersebut diturunkan kepada mereka melalui Nabi Musa a.s. untuk mereka jadikan petunjuk. Dengan memahami isinya serta mengamalkan syariat dan petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya, diharapkan mereka kembali menjadi orang baik-baik, dan tidak lagi terjerumus kepada kesesatan yang lain, misalnya menyembah patung-patung, dan sebagainya.

Isi Kandungan Kosakata

Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)

Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya.