v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 51 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 51 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 8 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَاِذْ وٰعَدْنَا مُوْسٰىٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ

Wa iż wā‘adnā mūsā arba‘īna lailatan ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ẓālimūn(a).

(Ingatlah) ketika Kami menjanjikan (petunjuk Taurat) kepada Musa (melalui munajat selama) empat puluh malam.25) Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya, dan kamu (menjadi) orang-orang zalim.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 51
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Setelah menerima nikmat dalam bentuk penyelamatan dari dua bencana pembunuhan dan tenggelam di Laut Merah, Allah kemudian menyuruh Bani Israil agar mengingat lagi peristiwa penurunan wahyu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah, wahai Bani Israil, ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam, waktu yang dijanjikan Allah untuk menerima wahyu. Sayang kamu tidak sabar menunggunya. Kemudian kamu menjadikan patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri sebagai sesembahan setelah kepergian-nya (Musa). Dan dengan perbuatan menyembah patung anak sapi itu, kamu, wahai Bani Israil, menjadi orang yang zalim yang kezalimannya itu terhunjam di dalam jiwa.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini Allah swt mengingatkan mereka kepada nikmat yang lain sesudah nikmat-nikmat-Nya yang tersebut di atas, yaitu Allah menjanjikan kepada Musa a.s. akan memberikan Taurat kepadanya, dan Allah menentukan waktunya yaitu selama 40 malam. Mereka menganggap bahwa waktu yang ditetapkan itu terlalu lama maka mereka membuat patung anak sapi dari emas dan mereka sembah. Dengan demikian mereka telah menganiaya diri mereka sendiri karena perbuatan syirik yang mereka lakukan.

Sikap mereka itu sangat mengherankan, sebab janji Allah kepada Nabi Musa a.s. akan menurunkan Kitab Taurat sebenarnya merupakan nikmat dan keutamaan yang amat besar bagi Bani Israil, tetapi mereka balas dengan perbuatan yang amat keji, yaitu kekafiran dan kebodohan.

Isi Kandungan Kosakata

Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)

Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya.