v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 50 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 50 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 8 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

Wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa'anjainākum wa agraqnā āla fir‘auna wa antum tanẓurūn(a).

(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).24)

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 50
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Penyelamatan lain adalah terbelahnya Laut Merah (dahulu Laut Qulzum. Dan ingatlah ketika Kami membelah laut Merah untukmu, wahai Bani Israil yang ketika itu bersama Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Sinai. Ketika rombongan kamu sampai di tepi Laut Merah, Allah memberi perintah kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke Laut Merah, sehingga laut itu pun terbelah. Dengan demikian, kamu, wahai Bani Israil, bersama Nabi Musa dapat melewati laut, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dari kejaran Firaun dan tentara-tentaranya. Akan tetapi, ketika Firaun dan tentara-tentaranya masuk ke dalam laut yang terbelah itu, air laut kemudian bertemu kembali, dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikut Fir'aun, sehingga mereka semua mati tenggelam, sedang kamu, wahai Bani Israil, menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala kamu sendiri. Sementara itu, mayat Firaun diselamatkan agar menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya (Lihat: Surah Yunus/10: 92).

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini disebutkan nikmat lain yang diberikan kepada Bani Israil, yaitu Allah telah menyelamatkan mereka ketika meninggalkan Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa a.s. dari kejaran Fir‘aun bersama tentaranya.

Setelah Allah mengangkat Musa menjadi Rasul, Dia memerintahkan agar menyeru Fir‘aun dan kaumnya untuk beriman kepada-Nya, menuntut Fir‘aun agar membebaskan Bani Israil yang berada di negeri itu, dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap mereka. Sebagai jawabannya, Fir‘aun memperhebat siksaan dan kekejamannya terhadap Bani Israil dan memerintahkan rakyatnya untuk meningkatkan kerja paksa yang ditimpakan kepada mereka.

Kemudian Allah memberikan berbagai mukjizat kepada Musa a.s. dan saudaranya, Nabi Harun, antara lain tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat menelan ular-ular yang dijelmakan oleh para pesihir yang dikerahkan Fir‘aun untuk melawan mukjizat Nabi Musa a.s.

Melihat kenyataan itu, para pesihir itu pun mengakui kekalahan mereka, lalu menyatakan beriman kepada Tuhan. Akhirnya Fir‘aun mengusir dan mengejar-ngejar mereka. Maka berangkatlah mereka meninggalkan negeri itu di bawah pimpinan Nabi Musa a.s., sedangkan Fir‘aun dan bala tentaranya mengejar mereka.

Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah yang membatasi kota Suez dengan Semenanjung Sinai, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Lalu Musa a.s. melakukannya. Maka terbelahlah air laut dan terbentanglah dua belas jalur jalan raya yang akan dilalui Nabi Musa a.s. bersama pengikut-pengikutnya yang terdiri dari dua belas rombongan, sehingga selamatlah mereka sampai ke seberang.

Sementara itu Fir‘aun bersama rombongannya terus mengejar mereka. Tetapi ketika mereka sampai di tengah-tengah laut itu, air laut kembali bertaut, sehingga mereka semuanya tenggelam ditelan air laut. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil yang telah selamat sampai ke seberang.

Terbelahnya laut merupakan salah satu dari berbagai mukjizat Nabi Musa a.s. untuk membuktikan kepada manusia bahwa Allah adalah Mahakuasa. Dialah yang menciptakan alam ini dan Dia pula yang menetapkan undang-undang alam yang berlaku sepanjang masa, dan Dia berkuasa pula mengubah atau membatalkan undang-undang alam tersebut apabila dikehendaki-Nya.

Hukum alam yang berlaku pada air ialah bahwa air sebagai salah satu benda cair tidak dapat terpisah tanpa adanya benda lain yang memisahkannya. Undang-undang inilah yang diubah dan dibatalkan-Nya ketika terbelahnya air laut itu. Air laut tersibak dan berdiri seperti dinding-dinding yang tegak lurus tanpa ada sesuatu yang menahannya, sehingga terbentanglah jalan di antara dinding-dinding tersebut.

Demikian besarnya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil. Mereka telah dibebaskan dari kekejaman Fir‘aun dan rakyatnya. Kemudian mereka diselamatkan pula ketika menyeberang laut. Sesudah itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tenggelamnya musuh-musuh mereka di tengah laut yang tentu saja menggembirakan hati mereka. Sepatutnyalah mereka mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.

Isi Kandungan Kosakata

Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)

Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya.