v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 107 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 107 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 17 •  Quarter Hizb 2.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

Alam ta‘lam annallāha lahū mulkus-samāwāti wal arḍ(i), wa mā lakum min dūnillāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr(in).

Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? (Ketahuilah bahwa) tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 107
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Tidakkah kamu tahu, wahai Muhammad, bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi yang menguasai dan bertindak untuk makhlukNya, memutuskan hukum, dan memerintah sesuai kehendak-Nya? Dan tidak ada bagimu, wahai orang-orang kafir, pelindung yang dapat melindungi urusanmu dan penolong yang dapat menolongmu selain Allah. Menurut Ibnu abbas, ayat ini turun terkait abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang meminta Rasulullah untuk mengubah Bukit Safa menjadi emas, meluaskan tanah Mekah, dan memancarkan air dari tanah. Mereka menyatakan bahwa jika Nabi berhasil mengabulkan permintaan-permintaan itu, maka mereka akan beriman kepada beliau.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah swt menjelaskan bahwa Dia mempunyai kerajaan langit dan bumi. Dengan kata lain, bahwa langit dan bumi serta seluruh isinya tunduk di bawah kekuasaan-Nya, di bawah perintah dan larangan-Nya. Oleh sebab itu, Allah berkuasa pula untuk menasakh hukum dan menetapkan hukum yang lain menurut kehendak-Nya, apabila menurut pertimbangan-Nya ada manfaat bagi seluruh manusia, karena hukum yang lama sudah dipandang tidak sesuai lagi. Maka Allah memberikan penegasan kepada orang-orang Islam bahwa Allah-lah yang memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin dilarang mempedulikan orang-orang Yahudi yang mengingkari perubahan hukum itu, bahkan menghina. Sikap orang-orang Yahudi yang demikian itu sedikit pun tidak akan memberikan mudarat kepada orang mukmin.

Isi Kandungan Kosakata

Nansakh نَنْسَخْ (al-Baqarah/2: 106)

Akar kata dari kalimat ini adalah “nasakha” (نسخ) yang berarti “menghapuskan” (al-Ḥajj/22: 52) atau “mengalihkan”, “menyalin” (al-Jāṡiyah/45: 29). Kebanyakan mufasir mengartikan ayat ini dengan “menasakhkan” atau “menghapus” ayat Al-Qur’an yang ada dan mengganti-nya dengan ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Al-Qāsimī (1/217) menafsirkan ayat ini dengan “mengganti sebuah ayat dengan ayat lain—seperti penggantian ayat-ayat Taurat dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. Uraian tentang hal ini akan dikemukakan kemudian.

Sementara itu ada sebagian ulama tidak mengartikan naskh dengan "menghapus" atau "mengalihkan". Abdullah Yusuf Ali yang menerjemahkan kata āyah di atas dengan revelation, “wahyu”, dan menafsirkannya bahwa pada dasarnya ajaran Allah dari waktu ke waktu selalu sama, tetapi caranya yang mungkin berbeda sesuai dengan keperluan dan keadaan waktu itu, seperti yang diberikan kepada Musa, kepada Isa dan kemudian kepada Muhammad, masing-masing berbeda.

Muhammad Asad menerjemahkannya dengan message, “risālah” (“ajaran suci”) dan menafsirkan bahwa dasarnya adalah ketentuan agama dalam Bibel diganti dengan syariat dalam Al-Qur’an. “Inilah yang menimbulkan kesalahan penafsiran oleh kebanyakan ulama kita”, katanya. Beberapa ulama menyimpulkan bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an sudah “dihapus” atas perintah Allah sebelum wahyu itu lengkap. Anggapan ini tidak didukung oleh hadis yang sahih. Ringkasnya, menurut pendapat ini, “paham nasikh-mansukh” itu tak punya dasar dalam kenyataan sejarah, dan harus ditolak. Ayat yang artinya risālah (ajaran suci) itu harus dibaca bahwa yang dihapus dan yang diganti itu adalah Bibel. Baik pihak Yahudi maupun Kristen tidak dapat menerima wahyu apa pun yang akan menggantikan Bibel. (Muhammad Asad, hlm. 23/C. 87). Kedua mufasir ini tidak menerjemahkan verse di bagian ini dengan “ayat” melainkan masing-masing dengan revelation, “wahyu” dan dengan message, “pesan”, “ajaran suci”. Meskipun ada perbedaan di antara ulama seputar nasakh, namun ayat ini menjelaskan apa yang Allah nasakh dari ayat-ayat Al-Qur’an akan digantikan dengan ayat-ayat yang lebih baik dan bermanfaat bagi manusia.