وَوَالِدٍ وَّمَا وَلَدَۙ
Wa wālidiw wa mā walad(a).
(Aku juga bersumpah) demi bapak dan anaknya,
Dan demi pertalian bapak dan anaknya, demi Adam dan anak cucunya. Manusia dengan kehendak Allah mengalami siklus dari kanak-kanak menuju dewasa, berkeluarga, beranak pinak, dan berakhir dengan kematian. Inilah fenomena kehidupan yang perlu direnungi.
Allah bersumpah dengan seorang ayah, yaitu Ibrahim, dan anaknya, yaitu Ismail yang nanti menurunkan Nabi Muhammad. Dengan demikian, Allah bersumpah dengan nenek moyang Nabi Muhammad setelah sebelumnya Allah bersumpah dengan beliau dan kota kelahiran beliau, yang menunjukkan pertalian kedua nabi tersebut. Ada pula yang menafsirkan “ayah” dengan Adam yang merupakan ayah umat manusia dan anak cucunya yang lahir sesudah itu siapa saja.
1. Al-Balad الْبَلَد (al-Balad/90: 1)
Kata al-balad berarti negeri, bentuk jamaknya adalah bilād dan buldān. Yang dimaksud dengan negeri dalam ayat ini adalah Mekah, sebagaimana penafsiran yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās. Kota Mekah ini juga pernah disebut dua kali dengan kata al-balad, yaitu dalam doa Nabi Ibrahim, yaitu dalam Surah al-Baqarah/2: 126 dan Surah Ibrāhīm/14: 35: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa.” Di tempat lain, kata ini juga digunakan untuk menyebut negeri Saba’, yaitu pada Surah Saba'/34: 15.
2. Kabad كَبَد (al-Balad/90: 4)
Kata kabad berarti susah payah. Ia terambil dari kalimat kabadtuhu yang berarti aku mengenai jantungnya. Susah payah disebut demikian karena kondisi payah itu bisa diketahui lewat detak jantungnya. Darinya diambil kata kabadus-samā' yang berarti tengahnya langit, dengan menyerupakannya dengan jantung di tengah tubuh. Ayat ini untuk mengingatkan bahwa manusia itu diciptakan Allah dalam kondisi yang tidak lepas dari beban berat.

