اَيَحْسَبُ اَنْ لَّمْ يَرَهٗٓ اَحَدٌۗ
Ayaḥsabu allam yarahū aḥad(un).
Apakah dia mengira bahwa tidak ada seorang pun yang melihatnya?
Apakah dia bermaksud pamer dengan perbuatannya itu lalu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya? Tidak demikian. Semua gerak-gerik manusia, kecil maupun besar, selalu dalam pantauan Allah. Dia akan membalas sekecil apa pun perbuatan manusia.
Allah bertanya mengenai orang yang sombong dengan pengeluarannya itu, “Apakah ia mengira bahwa tidak seorang pun yang melihat perbuatannya itu?” Artinya, bila ia sombong dengan pengeluarannya itu, berarti ia mengorbankan kekayaannya hanya untuk mencari nama, maka pengorbanan itu tidak akan diterima-Nya. Jangan ia menyangka bahwa Allah tidak melihat perbuatannya itu dan tidak mengetahui motif di balik perbuatan baiknya itu, yang tidak diketahui oleh manusia.
1. Lubadan لُبَدًا (al-Balad/90: 6)
Kata lubad berarti yang banyak. Kata ini jamak dari maṣdar lubdatan yang terbentuk dari kata kerja labada. Akar maknanya adalah sesuatu menumpuk di atas sesuatu yang lain. Harta yang banyak disebut mālan lubadan karena begitu banyaknya sehingga sebagian menumpuk dan lengket pada sebagian yang lain. Makna ini identik dengan maksud kata lubad yang ada pada Surah al-Jinn/72: 19, yang menerangkan bahwa para jin mendengarkan bacaan Al-Qur’an Rasulullah dan merasa takjub, sehingga mereka nyaris jatuh menimpa beliau.
2. An-Najdain النَّجْدَيْن (al-Balad/90: 10)
Kata najdain berarti dua jalan. Secara etimologis kata ini berarti tempat yang keras dan tinggi, atau jalan yang berada di dataran tinggi. Darinya diambil kata rajulun-najidun yang berarti laki-laki yang kuat. Kata najdain dalam ayat ini digunakan untuk menunjuk dua jalan kebenaran dan kebatilan dalam keyakinan, kejujuran, dan kebohongan dalam ucapan, serta yang baik dan yang buruk dalam perbuatan.

