فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهٖٓ اِلَّآ اَنْ قَالُوا اقْتُلُوْهُ اَوْ حَرِّقُوْهُ فَاَنْجٰىهُ اللّٰهُ مِنَ النَّارِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Famā kāna jawāba qaumihī illā an qaluqtulūhu au ḥarriqūhu fa anjāhullāhu minan-nār(i), inna fī żālika la'āyātil liqaumiy yu'minūn(a).
Maka, tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah dia!” Lalu, Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.
Setelah mendengar nasihat Nabi Ibrahim, maka tidak ada jawaban dari kaumnya yang sebenarnya sangat dikasihi Nabi Ibrahim, selain mengatakan sesama mereka, “Bunuhlah dia dengan pedang dan semacamnya atau bakarlah dia dengan melemparkannya kedalam api sampai mati.” Mereka bersepakat untuk membakarnya. Setelah Nabi Ibrahim berada di tengah kobaran api, lalu dengan cepat Allah Yang Mahakuasa, penolong dan Pelindung satu-satunya menyelamatkannya dari api yang berpotensi membakar itu denganmenjadikan api tersebut menjadi dingin. Sungguh, pada api yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasan Allah bagi orang yang beriman.
Karena Ibrahim tetap saja dengan gigih mengajak kaumnya menyembah Allah dengan mengesakan dan bertakwa kepada-Nya, mereka kemudian marah dan berteriak, “Bunuh saja Ibrahim atau campakkan dia ke dalam api.” Maka dibangunlah sebuah rumah tempat pembakaran dan api dinyalakan. Tidak lama kemudian, Ibrahim dengan disaksikan oleh semua orang-orang kafir dilemparkan ke dalam api yang berkobar-kobar itu. Akan tetapi, Allah berbuat menurut kehendak-Nya. Ibrahim selamat, dan tidak satu pun anggota tubuhnya yang hangus terbakar. Api diperintahkan menjadi dingin dan memberi keselamatan bagi Ibrahim. Allah berfirman:
قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ ٦٩ (الانبياۤء)
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim! (al-Anbiyā’/21: 69)
Nabi Ibrahim selamat dari amukan api yang begitu dahsyat dan mengerikan. Ini adalah suatu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang yang beriman. Peristiwa tersebut merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Ibrahim.
Ḥarriqūhu حَرِّقُوْهُ (al-’Ankabūt/29: 24)
Kata ḥarriqūhu adalah kata perintah dari kata ḥarraqa-yuḥarriqu-taḥr īqan. Kata ini terbentuk dari kata ḥariqa-yaḥriqu-ḥarqan yang berarti terbakar. Tambahan tasydid di sini untuk memberi makna ‘banyak’. Jadi, makna kata ḥarraqa adalah membakar dengan api yang sangat banyak. Kata ini memiliki makna lain, yaitu menguliti dengan kikir sehingga sakitnya terasa panas. Akan tetapi, yang dimaksud di sini adalah membakar dengan api yang besar. Raja Namrud tidak puas untuk membakar Nabi Ibrahim hanya dengan api yang biasa-biasa saja. Ia memerintahkan untuk membuat api yang sangat besar untuk melampiaskan amarahnya. Konon, api ini adalah api paling besar yang pernah dinyalakan di muka bumi.

