وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهٗ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ
Wa man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bil-ḥaqqi lammā jā'ah(ū), alaisa fī jahannama maṡwal lil-kāfirīn(a).
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan kebenaran578) ketika (kebenaran) itu datang kepadanya? Bukankah dalam (neraka) Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir?
Jika demikian adanya, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah dengan perilaku syiriknya atau orang yang mendustakan yang hak, yakni kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran Al-Qur’an sebagai kitab yang datang dari Allah, ketika yang hak itu datang kepadanya dengan bukti-bukti yang sangat jelas? Padahal, perilaku semacam itu termasuk kekafiran yang diancam dengan neraka. Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir? Pasti. Neraka jahanam adalah tempat kembali orang-orang kafir untuk selama-lamanya.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang musyrik itu adalah orang yang sangat zalim, karena mengada-adakan sekutu bagi Allah dan mengatakan bahwa Dia mempunyai anak. Mereka adalah orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan menjadi musuh-Nya. Mereka membuat patung-patung, kemudian menyembahnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Allah menceritakan kepercayaan kaum musyrik itu dalam firman-Nya:
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْن َآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ ٣ (الزمر)
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (az-Zumar/39: 3)
Setelah datang kepada mereka seorang rasul Allah yang menerangkan kebatilan dan kepalsuan perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan yang lurus berdasarkan kebenaran, mereka mengingkari dan mendustakan semuanya. Bahkan mereka mengingkari semua nikmat Allah yang pernah diberikan kepada mereka.
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu telah berbuat dosa yang paling besar yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Tiada balasan yang tepat bagi mereka kecuali azab neraka Jahanam di akhirat nanti dan itulah tempat yang wajar bagi mereka.
Ḥaraman Āminan حَرَمًا اٰمِنًا (al-Ankabūt/29: 67).
Ḥaraman āminan artinya tanah Haram atau tanah suci yang aman. Kata ḥaram berasal dari akar kata ha’-ra’-mim yang artinya terhalang. Makanan yang haram adalah makanan yang terhalang orang muslim untuk memakannya. Tanah haram bisa diartikan tanah yang mulia karena ada larangan-larangan khusus yang diberlakukan di dalamnya, seperti larangan berburu dan sebagainya. Maksud tanah haram dalam ayat ini adalah kota Mekah yang diistimewakan Allah sebagai negeri atau daerah yang aman, tenteram, dan damai. Di kota ini pula Nabi Muhammad dilahirkan dan dibesarkan. Kota Mekah dinyatakan Allah sebagai negeri aman karena diharamkan berperang di tanah suci ini.
Pada Surah at-Tīn ayat 3, Allah juga menyebut kota Mekah sebagai al-balad al-amīn yaitu negeri yang aman. Pada ayat 67 ini, Allah mengingatkan para kafir Mekah yang tinggal di kota Mekah, yang juga merasakan nikmat yang dilimpahkan Allah kepada penduduk kota ini yaitu kota yang selalu aman, tenteram, dam damai, padahal di luar kota ini selalu saja diganggu dengan berbagai perampokan dan pembunuhan. Dalam keadaan demikian apakah mereka masih tetap menolak agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad, dan lebih suka mengimani hal-hal yang batil seperti menyembah patung-patung dan berhala. Mereka pasti masih ingat pada saat kelahiran Nabi saw, terjadi penyerangan yang dilakukan Abrahah dengan tentaranya yang berkendaraan gajah untuk menyerbu dan menghancurkan Ka’bah. Akan tetapi, sebelum masuk kota Mekah, mereka telah dihancurkan Allah sehancur-hancurnya seperti daun yang tercabik-cabik dimakan ulat sebagaimana disebutkan pada Surah al-Fīl ayat 1-5.

