v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 26 - Surat Al-‘Ankabūt (Laba-Laba)
العنكبوت
Ayat 26 / 69 •  Surat 29 / 114 •  Halaman 399 •  Quarter Hizb 40.75 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

۞ فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Fa āmana lahū lūṭ(un), wa qāla innī muhājirun ilā rabbī, innahū huwal-‘azīzul-ḥakīm(u).

Maka, Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dia (Ibrahim) pun berkata, “Sesungguhnya aku berhijrah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Makna Surat Al-‘Ankabut Ayat 26
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Tidak ada kaumnya yang beriman, kecuali hanya seorang pria yang bernama Lut. Ayat ini menceritakan, ketika Nabi Ibrahim menyampaikan dakwahnya, maka bersegeralah Lut, yaitu putra saudaranya yang kemudian diangkat oleh Allah sebagai nabi, membenarkan kenabian dan tuntunannya. Dan Nabi Ibrahim berkata kepada Lut, “Sesungguhnya aku harus berpindah dari kampung halamanku ke tempat yang diperintahkan atau direstui dan diberkahi Tuhanku, yaitu Syam. Sungguh, Dialah yang Mahaperkasa, sehingga dapat memberikan dukungan, kekuatan dan kemuliaan, lagi Mahabijaksana dalam segala tindakan-Nya.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini disebutkan seorang hamba Allah yang bernama Lut yaitu Lut bin Haran. Beliau anak saudara Nabi Ibrahim. Setelah menyaksikan kehebatan mukjizat Allah atas Nabi Ibrahim (tidak hangus dimakan api), ia segera menyatakan keimanannya. Ibrahim menyambut gembira pengikut pertamanya itu dengan ucapan, “Aku akan menjadikan negeri Syam sebagai kampung tempat aku berhijrah.”

Menurut keterangan ahli sejarah, kampung yang dijadikan Ibrahim tempat berhijrah tersebut adalah dalam wilayah Kufah yaitu Kūṡā sampai ke negeri Syam. Lut semakin kuat keimanannya dengan memperoleh hidayah dari Allah, meskipun hidup dalam suasana masyarakat yang porak-poranda, membuang waktu, dan melakukan pekerjaan yang tiada bermanfaat. Jika Ibrahim diam tanpa menjalankan tugas dakwah, maka hal itu adalah tanda tidak setuju atas perbuatan mungkar yang dilakukan kaumnya. Ibrahim berkata dalam hatinya, jika ia tinggal tetap di negerinya, berarti ia membuang waktu dengan percuma. Atas pertimbangan inilah Ibrahim hijrah ke negeri Syam.

Imam al-Baihaqī meriwayatkan dari Anas bin Mālik bahwa di antara kaum Muslimin (pada masa Rasulullah saw) yang pertama hijrah dengan keluarganya adalah sahabat Uṡmān bin ‘Affān:

عَنْ اَنَسِ ِابْنِ مَالِك رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ مُهَاجِراً اِلَى أَرْضِ الْحَبَشَةِ وَمَعَهُ رُقيَّةُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحْتَبَسَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبْرُهُمْ وَكَانَ يَخْرُجُ يَتَوَكَّفُ عَنْهُمُ الْخَبْرَ فَجَاءَتْهُ امْرَأَةٌ فَأَخْبَرَتْهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ عُثْمَانَ أَوَّلُ مَنْ هَاجَرَ اِلَى اللّٰهِ بِأَهْلِهِ بَعْدَ لُوْطٍ. (رواه الطبرانى)

Diriwayatkan dari Anas bin Mālik, ia berkata, “Uṡmān bersama istrinya Ruqayah binti Rasulullah berhijrah ke negeri Habsyah. Kemudian Rasulullah tertahan tidak mendapat berita tentang keadaan mereka di Habsyah, padahal beliau mengharapkan berita mereka. Kemudian ada seorang wanita yang menyampaikan kabar tentang ‘Uṡmān dan putri beliau kepada Nabi, Rasulullah kemudian bersabda, ‘Uṡmān adalah orang pertama yang hijrah dengan keluarganya kepada Allah sesudah Nabi Lut’.” (Riwayat aṭ-Ṭabrānī)

Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa Lut adalah orang pertama yang terpaksa melakukan hijrah bersama Ibrahim demi menyelamatkan agamanya. Alasan Ibrahim melakukan hijrah itu adalah karena Allah sajalah yang berkuasa untuk memberikan pertolongan kepadanya. Allah yang mencegah niat seseorang yang ingin berbuat jahat kepadanya. Dia Maha Bijaksana dalam mengatur urusan makhluk-Nya, dan segala apa yang mereka usahakan. Sebab lain adalah karena negeri Ibrahim sudah tidak kondusif untuk menjaga iman pengikutnya.

Isi Kandungan Kosakata

1. Muhājir مُهَاجِرٌ (al-’Ankabūt/29: 26)

Kata muhājir terbentuk dari kata hājara-yuhājiru-muhājarah . Kata dasarnya adalah hajara-yahjuru-hijratan yang berarti memutus, lawan dari waṣala (menyambung). Nabi saw pernah bersabda, “Lā hijrata ba’da ṡalāṡīn,’ yang berarti ‘tidak boleh mendiamkan seseorang setelah tiga hari’. Dari kata ini diambil kata hijrah yang berarti meninggalkan satu negeri kepada negeri yang lain. Dari kata ini juga diambil kata Muhājirīn, yaitu nama kaum yang hijrah bersama Nabi. Mereka disebut Muhājirīn karena mereka meninggalkan kampung halaman, tempat tinggal, keluarga, dan harta benda, untuk menetap di negeri lain. Kata muhājir yang dimaksud di dalam ayat ini adalah hijrah. Nabi Ibrahim hijrah ke negeri yang diperintahkan oleh Tuhannya. Menurut beberapa riwayat dari sahabat, negeri dimaksud adalah Syam.

2. Ishāq اِسْحَاق (al-’Ankabūt/29: 27)

Dalam pembicaraan tentang Ibrahim dan Ismail, Ishak (Ishāq) juga disinggung sebagai anak Ibrahim yang kedua:

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ١١٢ وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَ ا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ ١١٣ (الصّٰۤفّٰت)

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishak. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. (aṣ-Ṣaffāt/37: 112-113).

Allah memberi berita gembira kepada Ibrahim bahwa dia akan mendapat seorang anak laki-laki dan dijadikan nabi yang tergolong orang yang saleh, dan diberi berkah. Dia dan keturunannya ada yang melakukan perbuatan baik dan ada pula yang zalim. Meskipun di dalam Al-Qur’an nama Ishak terdapat dalam 12 surah dalam 17 tempat, tetapi kisahnya tidak sebanyak seperti yang dalam Perjanjian Lama.

Secara ringkas, dalam kitab kejadian disebutkan bahwa Ishak adalah putra Abraham yang kedua dari ibu Sarah (Sara), lahir ketika Abraham berumur 100 tahun (Kej. 21: 5). Ia lahir di Gerar (1896 SM), sebuah kota tua di Gaza (Palestina sekarang). Abraham (Ibrahim) dan keturunannya harus memegang perjanjian dengan Allah, “Lagi firman Allah kepada Abraham, ‘Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat. Maka dalam dagingmu-lah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal’.” (Kej. 17: 9-13).

Ismail di khitan ketika berumur 13 tahun, bersama-sama dengan ayahnya Abraham (Kej. 17: 25). Kemudian Ishak di khitan ketika berumur delapan hari, (Kej. . 21: 4), dan sejak itu, setiap anak laki-laki yang berumur delapan hari harus disunat. Ketika sudah berumur 40 tahun Ishak memperistri Ribka, anak Betuel, orang Aram dari Padan-Aram, dan saudara perempuan Laban. Ishak dan Ribka mendapat anak kembar, Esau dan Yakub. Esau pandai berburu, suka tinggal di padang, dan Yakub yang tenang, suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub (Kej. 25: 20-28).

Istri Ibrahim, Sara (edisi Inggris, Sarah), yang melahirkan Ishak, berasal dari Padan-Aram (Kej. 25: 20). Istri-istri Ishak dan Yakub, Ribka (Inggris, Rebekah, edisi Arab, Rifqah), Rahel, dan Lea (Leah) juga berasal dari Padan-Aram (Kej. 28: 2, 5, 6, 7; 31: 18; 33: 18). Anak-anak lelaki Yakub juga dilahirkan di Padan-Aram (Kej. 25: 26).

Padan-Aram berarti tanah datar Aram. Dalam beberapa bagian disederhanakan menjadi Padan saja. Di mana letak Padan-Aram itu? Padan-Aram tidak lain adalah Suria-Irak, yang dalam bahasa Yunani disebut Mesopotamia (24: 10). Orang-orang Ibrani menamakannya Aram-naharaim, “Aram dari dua sungai,” yakni Furat dan Tigris (Dijlah). Jadi mungkinkah hanya dengan begitu Ishak, Yakub, dan anak-anak mereka masih berdarah campuran Arab, yang sama-sama dari ras Semit? Kalau begitu, apa dasar orang-orang Yahudi mengklaim bahwa Ibrahim adalah the founder of Hebrew nation, pendiri bangsa Ibrani (Yahudi).

Memang tidak mudah dilacak untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang pasti. Asal mula nama Israil dalam Perjanjian Lama disebutkan “Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia. Firman Allah kepadanya, ‘Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel,. Itulah yang akan menjadi namamu.’ Maka Allah menamai dia Israel.” (Kej. 35: 9-19). Dari Yakub, yang kemudian bernama Israil, inilah kemudian menjadi nenek moyang orang-orang Israil (Israel). (Kej. 32: 28).

Di dalam Al-Qur’an (al-Baqarah/2: 140) ada teguran halus melalui Rasulullah dengan nada tanya, adakah kaum Yahudi dan Nasrani itu mengklaim bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan keturunan mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani:

اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ١٤٠ (البقرة)

Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu atau Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (al-Baqarah/2: 140).

Ajaran Yahudi itu datang jauh beberapa abad setelah Ibrahim, bahkan jauh sesudah Musa. Sedangkan konsep Kristen dan kaum Kristiani di masa Yesus tidak dikenal dan baru ada dalam perkembangannya yang kemudian. Di bagian lain dalam Al-Qur’an sudah juga disebutkan bahwa Ibrahim bukan orang Yahudi dan bukan orang Nasrani, melainkan ia seorang ḥanīf yang sudah berserah diri kepada Allah:

مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْن َ ٦٧ (اٰل عمران)

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. (Āli ‘Imrān /3: 67)

Beberapa bagian mengenai Ishak dapat kita lihat dalam kosakata tentang Ibrahim dan Ismail. Begitu juga mengenai siapa yang disembelih (untuk kurban), Ismail atau Ishak, dapat dibaca kembali pada kedua tulisan itu. Apa yang kita baca dalam Al-Qur’an, Surah aṣ-Ṣaffāt/37: 103-107, jelas sangat bertolak belakang dengan yang terdapat dalam Perjanjian Lama (Kej. 22) atau dalam Perjanjian Baru (Ibrani 11: 17 dan Yakobus 2: 21).

Yakub mengunjungi ayahnya Ishak di Memre, dekat Kiryat-Arba (Hebron), tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. Waktu itu umur Ishak sudah 180 tahun. Ia meninggal dan dikumpulkan kepada leluhurnya. Ia dikuburkan oleh anak-anaknya, Esau dan Yakub.

Secara tradisi Ibrahim dan Sarah dikuburkan di Makhpelah di Hebron (Palestina)—kota yang dalam bahasa Arab disebut al-Khalil, yang juga adalah gelar Ibrahim ‘alaihissalām—, begitu juga Ishak bersama istrinya Ripka, Yakub, Leah dan beberapa lagi yang lain—kecuali Ismail bersama istri, anak-anak, dan ibunya, Hajar, dimakamkan jauh di Mekah di Semenanjung Arab. (Lihat juga Kosakata “Ibrahim” dan “ Ismail” dalam tafsir ini).