وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰىۙ قَالُوْٓا اِنَّا مُهْلِكُوْٓا اَهْلِ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ ۚاِنَّ اَهْلَهَا كَانُوْا ظٰلِمِيْنَ ۚ
Wa lammā jā'at rusulunā ibrāhīma bil-busyrā, qālū innā muhlikū ahli hāżihil-qaryah(ti), inna ahlahā kānū ẓālimīn(a).
Ketika utusan-utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira,573) mereka berkata, “Sesungguhnya kami akan membinasakan penduduk negeri ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang zalim.”
Doa Nabi Lut dikabulkan oleh Allah dengan menetapkan siksa-Nya kepada mereka yang durhaka, sebagaimana yang disampaikan-Nya kepada Nabi Ibrahim. Dan kisahnya bermula ketika utusan Kami yakni para malaikat datang kepada Nabi Ibrahim dengan membawa kabar gembira tentang kelahiran seorang putra, yaitu Ishak, melalui isterinya, Sarah, dan seorang cucu, yaitu Ya'kub, putra Ishak. Para malaikat utusan Allah mengatakan kepada Nabi Ibrahim, “Sungguh kami akan membinasakan penduduk kota Sodom ini karena penduduknya sungguh orang-orang zalim yang kezalimannya terhadap Allahdan manusia telah mencapai puncaknya.”
Pada ayat ini, Allah menerangkan tentang kedatangan malaikat yang menemui Nabi Ibrahim. Mereka memberi kabar gembira bahwa Allah akan mengaruniakan kepadanya seorang anak bernama Ishak. Kelak putra itu akan diangkat menjadi nabi dan rasul menggantikan tugas dan jabatan Ibrahim. Kemudian diberitahukan kepadanya bahwa negeri Sodom akan dihancurkan untuk menghukum kaum yang mendustakan Lut dan berbuat zalim.
Ḍāqa bihim żar’an ضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا (al-’Ankabūt/29: 33)
Kata ḍāqa mengikuti pola ḍāqa-yaḍīqu-ḍīqan yang berarti sempit. Kata żar’an terambil dari kata żara’a aṡ-ṡauba yang berarti mengukur baju dengan hasta. Jadi, kata żar’un atau żirā’un berarti sesuatu yang dibuat untuk mengukur. Maksudnya adalah anggota tubuh antara siku hingga ujung jari. Darinya diambil kata żari’ah yang berarti waṣīlah atau sarana. Darinya juga terambil kalimat żara’a al-ba’iru yadāhu yang berarti unta itu memanjang-kan langkahnya saat berjalan. Selain itu, kata żar’an juga memiliki makna majazi, yaitu kemampuan atau kekuatan, dan inilah yang dimaksud di dalam ayat ini. Jadi, makna harfiah dari ḍāqa bihim żar’an adalah ḍāqa żar’uhu bihim atau hastanya sempit karena mereka. Dan yang dimaksud sebenarnya dari lafal tersebut adalah Nabi Lut merasa tidak mampu melindungi tamu-tamunya yang berwajah tampan itu dari gangguan kaumnya yang suka berbuat nista, yaitu homoseksual, sehingga hatinya juga menjadi gelisah dan dadanya terasa sempit.

