v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 32 - Surat Al-Aḥzāb (Golongan Yang Bersekutu)
الاحزاب
Ayat 32 / 73 •  Surat 33 / 114 •  Halaman 422 •  Quarter Hizb 43 •  Juz 22 •  Manzil 5 • Madaniyah

يٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًاۚ

Yā nisā'an-nabiyyi lastunna ka'aḥadim minan-nisā'i inittaqaitunna falā takhḍa‘na bil-qauli fa yaṭma‘al-lażī fī qalbihī maraḍuw wa qulna qaulam ma‘rūfā(n).

Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.

Makna Surat Al-Ahzab Ayat 32
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Wahai para istri Nabi, kamu adalah pendamping Nabi yang merupakan representasi Al-Qur’an dan Islam, maka sudah menjadi kewajiban kamu untuk menjaga citra tersebut. Wahai istri-istri Nabi, kedudukan dan keutamaan kamu tidak sama seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Kamu harus menjaga kehormatan kamu lebih dari usaha perempuan lain menjaga kehormatan mereka. Maka, janganlah kamu tunduk, yakni menggenitkan suara dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, yakni orang yang mempunyai niat berbuat serong; dan ucapkanlah perkataan yang baik dengan cara yang wajar.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada istri-istri Nabi saw bahwa mereka dengan julukan “Ummahātul Mu’minīn” sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan perempuan mukminat yang mana pun dalam segi keutamaan dan penghormatan, jika mereka betul-betul bertakwa. Tidak ada seorang perempuan pun yang dapat menyerupai kedudukan apalagi melebihi keutamaan mereka karena suami mereka adalah “Sayyidul Anbiyā’ wal Mursalīn”. Oleh karena itu, jika mengadakan pembicaraan dengan orang lain, maka mereka dilarang merendahkan suara yang dapat menimbulkan perasaan kurang baik terhadap kesucian dan kehormatan mereka, terutama jika yang dihadapi itu orang-orang fasik atau munafik yang itikad baiknya diragukan. Istri-istri Nabi saw itu, setelah beliau wafat tidak boleh dinikahi oleh siapa pun, sesuai dengan firman Allah:

وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا

Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah. (al-Aḥzāb/33: 53)

Isi Kandungan Kosakata

Waqarna وَقَرْنَ (al-Aḥzāb/33: 33)

Kata tersebut dalam Al-Qur’an disebutkan hanya sekali. Untuk kata ini terdapat empat macam bacaan. Imam Nafi’, Imam ‘Āṣim, Hubairah, dan al-Walid bin Muslim dari Ibnu Amir membacanya waqarna, dipandang berasal dari kata al-qarar yang berarti “menetap”. Maka arti dari ayat ini adalah perintah Allah kepada istri-istri Nabi saw agar mereka membiasakan diri tetap tinggal (menetap) di rumah. Ibn Kaṡir menjelaskan, waqarna fi buyutikunna maksudnya adalah ilzamna buyutakunna, tetaplah tinggal di rumah kamu sekalian.