v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 17 - Surat Al-Aḥzāb (Golongan Yang Bersekutu)
الاحزاب
Ayat 17 / 73 •  Surat 33 / 114 •  Halaman 420 •  Quarter Hizb 42.5 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Madaniyah

قُلْ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَعْصِمُكُمْ مِّنَ اللّٰهِ اِنْ اَرَادَ بِكُمْ سُوْۤءًا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۗوَلَا يَجِدُوْنَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا

Qul man żal-lażī ya‘ṣimukum minallāhi in arāda bikum sū'an au arāda bikum raḥmah(tan), wa lā yajidūna lahum min dūnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā(n).

Katakanlah, “Siapa yang dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.

Makna Surat Al-Ahzab Ayat 17
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Allah Mahakuasa, karena itu katakanlah wahai Nabi Muhammad untuk mengingatkan mereka, “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari ketentuan Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Tentu tidak satu pun. Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah jika bencana itu benar-benar datang.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Menurut riwayat lain bahwa yang mengajak itu adalah orang-orang Yahudi. Mereka mengajak orang-orang munafik menghindarkan diri dari Nabi dan orang-orang Muslimin dengan mengatakan, “Apabila Abū Sufyān menang, tentulah Muhammad dan pengikut-pengikutnya akan dibinasakan semuanya.” Karena itu turunlah ayat ini.

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menjawab perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa mereka akan selamat bila mereka meninggalkan medan pertempuran. Allah berfirman, “Tidak seorang pun di antara kamu yang sanggup menghindarkan diri dari pembunuhan atau kesengsaraan jika Allah telah menetapkannya. Demikian pula, tidak seorang pun yang dapat mendatangkan sesuatu kebaikan kepada seseorang jika Allah tidak menghendakinya. Manfaat dan kemelaratan itu hanya Allah yang menetapkannya, tidak seorang pun yang sanggup mengganti atau mengubahnya. Oleh karena itu, orang-orang munafik dan Yahudi yang mengkhianati Nabi tidak akan mendapatkan orang yang dapat menolong dan mengelakkan bencana yang akan menimpa mereka.

Menurut suatu riwayat, ‘Abdullāh bin Ubay dan kawan-kawannya, orang-orang munafik dan Yahudi berkata kepada kaum Muslimin, “Muhammad dan pengikut-pengikutnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya. Oleh karena itu, mereka pasti binasa, dan marilah kita menjauhkan diri dari padanya.”

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Mu’awwiqīn الْمُعَوِّقِيْ نَ (al-Aḥzāb/33: 18)

Al-Mu’awwiqīn artinya orang-orang penghalang. Kata al-mu’awwiqīn terambil dari kata ‘awwaqa yang menunjukkan pekerjaan berulang kali, dalam hal ini berulang-ulang kali mencegah dan merintangi atau menghalangi. Kata tersebut digunakan dalam ayat ini menunjukkan kemantapan upaya itu dari pelakunya.

2. al-Aḥzāb اَلْاَحْزَاب (al-Aḥzāb/33: 20)

Kata al-aḥzāb merupakan bentuk jamak dari kata ḥizb, yang artinya golongan atau kelompok. Dengan demikian, al-aḥzāb berarti golongan-golongan atau kelompok-kelompok. Dalam hal ini, kata tersebut digunakan untuk menyebut kelompok-kelompok musuh Islam yang berkoalisi untuk menyerang kaum Muslimin di kota Medinah. Mereka yang bersekutu untuk memerangi umat Islam terdiri dari kaum kafir Mekah, Bani Gaṭafān, Bani Murrah, Bani Asyja’, kelompok Yahudi yang terdiri dari Bani Quraiẓah dan Bani an-Naḍīr. Untuk menahan serangan mereka, atas usul Salmān al-Fārisī, umat Islam kemudian membuat parit (khandaq) di bagian utara kota Medinah, yang diduga kuat akan dijadikan sebagai arah serangan musuh. Oleh karena itu, selain disebut Perang Ahzab (perang melawan pasukan koalisi), peristiwa ini juga dinamakan Perang Khandaq (Perang Parit).

Perang Ahzab ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah. Pada perang ini, Bani Gaṭafān bersama penduduk Nejed dan orang-orang Yahudi dari Bani Quraiẓah dan Bani an-Naḍīr datang dari arah timur melalui lembah, sedang orang kafir Mekah bersama penduduk Tihāmah dan Kinānah serta berbagai suku Arab datang dari arah barat. Kekuatan tentara koalisi jauh lebih besar dari pasukan Muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah dan tentaranya hanya bersikap menunggu di sebelah parit yang dalam yang telah mereka gali sebelumnya. Karena terhalang oleh parit ini, pasukan koalisi tidak dapat menyeberanginya. Mereka kemudian mengepung umat Islam, dan ini berlangsung lebih dari sebulan lamanya. Pengepungan ini telah menjadikan umat Islam menderita, namun mereka tetap tabah dan kompak dalam menghadapi musuh. Tidak lama kemudian terjadi perpecahan di kalangan pasukan koalisi, sehingga kekompakan mereka tidak dapat dipertahankan lagi. Selain itu, tiba-tiba terjadi badai topan yang sangat kencang yang mengakibatkan perkemahan mereka tumbang dan porak-poranda. Suasana yang menimbulkan ketakutan dan kepanikan ini memaksa Abū Sufyān sebagai pimpinan tertinggi pasukan koalisi memerintahkan tentaranya untuk mengundurkan diri dan kembali ke Mekah. Dengan mundurnya pasukan sekutu tersebut, selesailah Perang Ahzab ini, dan terlepaslah umat Islam dari kepungan mereka.