وَّاتَّبِعْ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًاۙ
Wattabi‘ mā yūḥā ilaika mir rabbik(a), innallāha kāna bimā ta‘malūna khabīrā(n).
Ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Dan karena itu, ikutilah dan lakukanlah apa saja yang telah diwahyukan Tuhanmu kepada engkau. Sungguh, Allah Maha mengetahui dengan sangat teliti terhadap apa yang kamu kerjakan, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi; dan Dia akan membalasnya sesuai apa yang telah kamu lakukan.
Setelah Allah melarang kaum Muslimin memenuhi keinginan-keinginan orang-orang kafir itu, lalu Ia memerintahkan agar mereka mengamalkan dan melaksanakan semua yang telah diwahyukan-Nya, yaitu Al-Qur’an, dengan menjadikannya sebagai pedoman dalam berbuat, bertindak, dan menentukan sikap dalam menetapkan pilihan. Yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an tetap dilaksanakan, sedang yang tidak sesuai segera dihentikan dan dijauhi. Dengan demikian, mereka akan hidup berbahagia, dan dakwah Islamiyah akan berhasil dengan gemilang. Mereka akan terhindar dari segala kemungkinan menurut keinginan orang-orang kafir dan kemungkinan salah dalam memahami agama.
Kemudian Allah memperingatkan bahwa Dia mengetahui segala yang diperbuat Nabi dan para sahabatnya. Tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, dan akan mewahyukan kepada Muhammad saw segala yang diperlukannya, segala yang bermanfaat dalam menyampaikan risalah dan dalam membina masyarakat Islam.
Tawakkal تَوَكَّلْ (al-Aḥzāb/33: 2)
Kata tawakkal adalah fi’il amr (kata perintah) dari kata tawakkala-yatawakkalu-tawakk ulan yang berarti menyerahkan atau menyandarkan suatu urusan kepada Allah. Kata ini terbentuk dari kata wakala-yakilu-waklan yang memiliki akar kata lemah sehingga menyerahkan urusan kepada orang lain. Darinya diambil kata rajulun wakilun yang berarti seorang laki-laki yang lemah dan tidak punya kekuatan untuk melaksanakan urusannya. Kalimat wakaltu amrī ilā fulān berarti aku menyandarkan urusanku kepada fulan. Darinya diambil salah satu dari Asma’ al-Ḥusna, yaitu al-Wakīl yang berarti Yang Menanggung rezeki hamba-hamba-Nya. Jadi, orang yang bertawakal kepada Allah adalah orang yang tahu bahwa Allah-lah yang menanggung rezeki-Nya sehingga ia condong kepada-Nya semata dan tidak bersandar kepada selain-Nya. Kata wakīlur-rajuli berarti yang menjalankan urusan seseorang. Adapun maksud kata tawakkal di sini adalah bersandar kepada Allah dalam urusan apa pun disertai usaha untuk mencapainya.

