v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 100 - Surat Yūsuf (Yusuf)
يوسف
Ayat 100 / 111 •  Surat 12 / 114 •  Halaman 247 •  Quarter Hizb 25.25 •  Juz 13 •  Manzil 3 • Makkiyah

وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Wa rafa‘a abawaihi ‘alal-‘arsyi wa kharrū lahū sujjadā(n), wa qāla yā abati hāżā ta'wīlu ru'yāya min qabl(u), qad ja‘alahā rabbī ḥaqqā(n), wa qad aḥsana bī iż akhrajanī minas-sijni wa jā'a bikum minal-badwi mim ba‘di an nazagasy-syaiṭānu bainī wa baina ikhwatī, inna rabbī laṭīful limā yasyā'(u), innahū huwal-‘alīmul-ḥakīm(u).

Dia (Yusuf) menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Sungguh, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh, Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Makna Surat Yusuf Ayat 100
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan ketika keluarga besar Nabi Yusuf sudah menempati ruangan yang disediakan, dia menuntun dan menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana yang sudah disiapkannya. Dan mereka semua tunduk bersujud memberi penghormatan kepadanya. Dan dia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Inilah takwil dari mimpiku yang dahulu itu aku ceritakan kepada engkau. Dan sesungguhnya Tuhanku yang selalu memelihara dan melindungiku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku dengan menyempurnakan nikmat-Nya, antara lain ketika Dia membebaskan aku dari penjara setelah difitnah, ketika membawa kamu dari dusun menuju Mesir, dan setelah setan memerdaya saudara-saudaraku sehingga merusak hubungan antara aku dengan saudara-saudaraku itu. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki dengan mengaturnya secara rapi. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, lagi Mahabijaksana dalam ketetapan-Nya.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menjelaskan Yusuf kemudian mengangkat kedua orang tuanya dan mendudukkan mereka di atas singgasana sebagai penghormatan lebih daripada apa yang telah diperbuat kepada saudara-saudaranya. Mereka merebahkan diri seraya sujud memberi hormat kepada Yusuf, sebagaimana lazimnya orang-orang memberi hormat kepada raja dan para pembesar pada waktu itu. Yusuf lalu berkata, “Wahai ayahku! Inilah takbir mimpiku dahulu ketika saya masih kecil yang telah saya sampaikan kepada ayah dengan ucapan:

اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku. (Yūsuf/12: 4)

Lebih lanjut Yusuf berkata, “Allah swt menjadikan mimpiku itu benar-benar terjadi, bukan khayalan. Sebelas bintang itu adalah saudara-saudaraku yang berjumlah sebelas orang, sedang matahari dan bulan adalah ayah dan ibuku.” Dengan keluarga inilah Allah swt memelihara keturunan Nabi Ishak, anak Nabi Ibrahim as, untuk mengembangkan agama tauhid di muka bumi ini. Selanjutnya Yusuf berkata kepada ayahnya, “Allah swt telah berbuat baik kepadaku. Dia melepaskan aku dari penjara dan mengangkatku sebagai penguasa. Dia memindahkan ayah dari dusun padang pasir berpenghidupan sederhana dan kasar, ke negeri yang ramai, menikmati hidup yang bahagia, penyiaran agama yang benar, dan tolong menolong di dalam memajukan ilmu pengetahuan. Ini semua terjadi setelah setan memutus hubungan silaturrahim antara aku dan saudara-saudaraku sehingga rusaklah hubungan persaudaraan, dan timbullah rasa dengki dan buruk sangka antara kita. Sesungguhnya Allah swt Maha Mengetahui segala sesuatu yang bagaimanapun halusnya, bersifat lemah lembut kepada hamba-hamba-Nya, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dengan kebijaksanaan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang menjadi maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Tiada suatu hal yang tersembunyi bagi-Nya. Mahabijaksana di dalam segala hal, membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan, dan kesudahan yang baik diberikan kepada orang-orang yang bertakwa.”

Isi Kandungan Kosakata

Kharrū خَرُّوْا (Yūsuf/12: 100)

Kata tersebut merupakan fi’il māḍī (kata kerja lampau), dalam bentuk jama’ (orang banyak), dari kharra – yakhirru – kharr(an). Dalam beberapa tempat, kata kharra (mufrad), berarti jatuh. Misalnya, dalam Surah al-A’raf/7: 143, difirmankan wa kharra Mūsa ṣa’iq(an) artinya: dan Nabi Musa jatuh pingsan. Demikian pula dalam Surah al-Ḥajj/22: 31, faka’annamā kharra minas-samā’, artinya: maka seakan-akan dia jatuh dari langit. Kata kharrā dalam Surah Yusuf/12: 100 ini tentu bukan berarti mereka jatuh, tetapi berarti mereka (saudara-saudara Nabi Yusuf) membungkukkan diri kepada Yusuf. Menurut komentar Abā Ṣālih yang merujuk Ibnu ‘Abbās, sujud saudara-saudara Nabi Yusuf kepada Yusuf adalah dalam bentuk membungkuk seperti yang dilakukan orang-orang ajam, dan tidak dalam bentuk sujud yang biasa dilakukan ketika menunaikan salat.