يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Yā baniyyażhabū fa taḥassasū miy yūsufa wa akhīhi wa lā tai'asū mir rauḥillāh(i), innahū lā yai'asu mir rauḥillāhi illal-qaumul-kāfirūn(a).
Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”
Sebagai nabi dan rasul, Nabi Yakub sebenarnya tahu Nabi Yusuf masih hidup, hanya saja Allah belum memberitahukan tempat keberadaannya. Untuk itulah Nabi Yakub meminta anak-anaknya mencari Yusuf dan menjemput Bunyamin, “Wahai anak-anakku! Pergilah kamu kembali ke Mesir, dan carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, Bunyamin, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah, melainkan hanyalah orang-orang yang kafir.”
Selanjutnya Yakub berkata kepada anak-anaknya bahwa ia tahu bahkan yakin mimpi Yusuf dulu itu benar dan ia akan sujud menghormatinya. Kalau mereka berpendapat lain, Yakub mengingatkan anak-anaknya bahwa satu saat Allah swt akan memperlihatkan kebenaran pendapatnya itu. Untuk itu, ia meminta anak-anaknya untuk kembali ke Mesir menyelidiki sampai mendapat berita yang pasti tentang Yusuf dan adiknya Bunyamin serta tidak berputus asa karena Allah telah berfirman:
وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهٖٓ اِلَّا الضَّاۤلُّوْنَ
Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat. (al-Ḥijr/15:56)
Orang-ora ng mukmin tidak akan berputus asa karena musibah yang menimpanya, dan tidak goyah imannya karena bahaya yang melanda. Mereka bersabar dan tabah menghadapi segala kesulitan yang dialaminya. Ia dengan rela penuh ikhlas menerima takdir dari Allah swt dengan keyakinan bahwa suatu saat nanti Allah akan menghilangkan semua kesulitan itu, sebagaimana firman-Nya:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. (al-Ḥajj/22: 38)
Ḥaraḍā حَرَضًا(Yūsuf/12: 85)
Secara harfiyah berarti sesuatu yang tidak lagi masuk hitungan, sesuatu yang tidak berarti. Dalam Al-Qur’an, kata ini hanya terdapat pada Surah Yūsuf/12: 85. Dalam ayat ini, anak-anak Nabi Yakub memintanya agar tidak lagi mengingat Yusuf yang sudah lama hilang. Bila terus saja diingat maka ia akan menderita dan jatuh sakit parah sehingga akhirnya tidak berguna lagi.
Kata lain yang seakar dengan kata ḥaraḍ ini dalam Al-Qur’an adalah ḥarriḍ, bentuk kata perintah. Secara harfiyah maknanya adalah “mendorong orang untuk mengerjakan sesuatu dengan memberi sesuatu itu suatu gambaran yang menyenangkan dan mudah diperoleh”. Dengan demikian, ḥarriḍ adalah perintah agar orang mengejar sesuatu karena sesuatu itu sangat penting dan berarti. Kata itu sering diterjemahkan dengan “gerakkan!” Kata ini terdapat dalam Surah an-Nisā’/4: 84 dan al-Anfāl/8: 65, dimana Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah agar menggerakkan kaum Muslimin bila terjadi peperangan.

