وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيْرُ قَالَ اَبُوْهُمْ اِنِّيْ لَاَجِدُ رِيْحَ يُوْسُفَ لَوْلَآ اَنْ تُفَنِّدُوْنِ
Wa lammā faṣalatil-‘īru qāla abūhum innī la'ajidu rīḥa yūsufa lau lā an tufannidūn(i).
Ketika kafilah itu telah keluar (dari Mesir dan memasuki Palestina), ayah mereka berkata, “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf seandainya kamu tidak menuduhku lemah akal.”
Saudara-saudara Nabi Yusuf mengikuti perintahnya. Mereka mempersiapkan diri untuk kembali ke Kana’an. Dan demikianlah, ketika kafilah itu telah keluar dari Mesir, ayah mereka yang berada jauh di Kanaan berkata kepada para menantu dan cucunya yang tinggal bersamanya di Kanaan, “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf. Sekiranya kamu semua tidak menuduhku sudah pikun atau lemah akal, tentu kamu akan membenarkanku.”
Tatkala barisan unta putra-putra Yakub keluar dari perbatasan negeri Mesir menuju tanah Syam, berkatalah Yakub kepada cucu-cucunya dan para kerabat yang berada di sampingnya pada waktu itu, “Aku telah mencium bau Yusuf yang wangi, seperti baunya yang pernah aku kenal di waktu kecilnya. Andaikata kalian tidak berburuk sangka kepadaku, menyangka bahwa aku lemah akal, rusak pikiran karena terlalu tua, tentunya kalian akan membenarkan ucapanku ini bahwa aku benar-benar telah mencium bau Yusuf, dan dia masih hidup. Tidak lama lagi aku akan berjumpa dengannya dan merasa senang melihatnya.” Ini adalah suatu mukjizat bagi Yakub yang dapat mencium bau Yusuf dari tempat yang amat jauh, kira-kira delapan hari perjalanan unta waktu itu.
Tufannidūn تُفَنِّدُوْنَ (Yūsuf/12: 94)
Kata tufannidūn terambil dari kata al-fanad yaitu pikun, kelemahan pikiran karena tua, atau karena sakit dan salah. Juga dapat berarti bohong.

