v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 19 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 19 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 412 •  Quarter Hizb 41.75 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ

Waqṣid fī masy-yika wagḍuḍ min ṣautik(a), inna ankaral-aṣwāti laṣautul-ḥamīr(i).

Berlakulah wajar dalam berjalan600) dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Makna Surat Luqman Ayat 19
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan jika engkau melangkahkan kakimu, sederhanakanlah dalam berjalan, jangan terlalu cepat atau terlalu lambat. Dan lunakkanlah suaramu ketika sedang berbicara agar tidak terdengar kasar seperti suara keledai, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:

1. Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah:

- Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.

- Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Firman Allah:

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا ٣٧ (الاسراۤء/17: 37-37)

Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (al-Isrā’/17: 37)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

لَا تَبَاغَضُوْا وَلَاتَدَابَرُ وْا وَلَاتَحَاسَدُ وْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا وَلَايَحِلُّ لِمُسْلِمٍ اَنْ يَهْجُرَ اَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ. (رواه مالك عن انس بن مالك)

Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling mem-belakangi dan janganlah kamu saling mendengki, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh bagi seorang muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya lebih dari tiga hari. (Riwayat Mālik dari Anas bin Mālik)

2. Hendaklah berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah dengan suara keledai yang tidak nyaman didengar.

Yaḥya bin Jābir aṭ-Ṭā’ī meriwayatkan dari Guḍaif bin Ḥāriṡ, ia berkata, “Aku duduk dekat ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-’Āṣ, maka aku mendengar ia berkata, ‘Sesungguhnya kubur itu akan berbicara dengan orang yang dikuburkan di dalamnya, ia berkata, ‘Hai anak Adam apakah yang telah memperdayakan engkau, sehingga engkau masuk ke dalam liangku? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku rumah tempat engkau berada sendirian? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku tempat yang gelap? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku rumah kebenaran? Apakah yang memperdayakan engkau sehingga engkau masuk ke dalam liangku? Sesungguhnya engkau waktu hidup menyombongkan diri’.”

Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya. Adapun berjalan dengan sikap gagah dan wajar, serta berkata dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak dilarang oleh agama.

Menurut suatu riwayat dari ‘Aisyah r.a. bahwa beliau melihat seorang laki-laki berjalan menunduk lemah, seakan-akan telah kehilangan kekuatan tubuhnya, maka beliau pun bertanya, “Mengapa orang itu berjalan terlalu lemah dan lambat?” Seseorang menjawab, “Dia adalah seorang fuqaha yang sangat alim.” Mendengar jawaban itu ‘Aisyah berkata, “Umar adalah penghulu fuqaha, tetapi apabila berjalan, ia berjalan dengan sikap yang gagah, apabila berkata, ia bersuara sedikit keras, dan apabila memukul, maka pukulannya sangat keras.”

Isi Kandungan Kosakata

1. Luqmān لُقْمَان (Luqmān/31: 12)

Nama seorang yang saleh dan sangat bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat tentang dirinya apakah seorang nabi atau seorang saleh yang sangat bijak. Mayoritas ulama memilih yang kedua. Para ahli tafsir juga berbeda pendapat tentang masa hidupnya. Ada yang mengatakan bahwa Lukman hidup pada masa nabi Daud. Yang lainnya mengatakan dia adalah anak saudara perempuan Nabi Ayub. Yang lain mengatakan anak bibi Nabi Ayub. Para ulama juga berbeda tentang pekerjaannya. Ada yang mengatakan dia seorang penjahit, tukang kayu, atau penggembala kambing. Namun yang patut dicatat di sini adalah bahwa nama Lukman sebagai seorang saleh dan bijak telah dikenal di kalangan orang Arab. Lukman mempunyai kata-kata bijak yang sangat berharga. Apa yang dikemukakan dalam surah ini adalah hanya sebagian saja. Wasiat Lukman pada surah ini mencakup dasar-dasar agama yaitu akidah, tata krama bergaul, penyucian diri, dan kegiatan harian. Imam al-Alūsi dalam tafsirnya mengumpulkan sekitar 28 kata-kata hikmah antara lain:

1. Wahai anakku, jauhilah hutang, karena ia akan menjadikan kamu selalu susah di waktu siang dan di malam hari.

2. Janganlah makan makananmu kecuali orang-orang yang bertakwa dan bermusyawarahlah dengan ulama.

3. Wahai anakku, dekatilah ulama, desaklah mereka dengan kedua lututmu, karena Allah akan menyinari hati dengan ilmu pengetahuan sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang gersang dengan air hujan.

4. Hendaknya perkataanmu baik, wajahmu selalu cerah, kamu akan dicintai banyak orang, melebihi dari satu pemberian yang diberikan kepada mereka.

2. Khardal خَرْدَل (Luqmān/31: 16)

Menurut Lisān al-’Arab, khardal artinya memotong-motong atau mencin-cang sampai sekecil-kecilnya, dan biasanya digunakan untuk memotong daging. Khardal al-laḥm maksudnya memotong-motong daging itu sehalus-halusnya. Khardal dengan demikian adalah potongan sekecil-kecilnya dari daging.

Menurut para ilmuwan muslim Mesir yang mengarang Tafsir al-Muntakhab, sebagaimana diinformasikan oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, khardal adalah semacam tanaman (Inggris: moster) yang jumlah buahnya dalam satu kilogram, setelah dihitung, berjumlah 913.000 butir. Dengan demikian berat satu biji khardal seper seribu gram atau 1 mg. Dengan demikian biji itu sangat kecil.

Al-Qur’an menggunakan kata khardal untuk sesuatu yang sangat kecil. Kata itu digunakannya dua kali. Pertama, dalam al-Anbiyā’/21: 47: “…dan jika ada seberat khardal saja pun (kebaikan) tentulah Kami akan berikan balasannya…” Maksudnya, sekecil apa pun kebaikan akan dibalas Allah. Dan dalam Luqmān/31: 16, “Hai anakku! (Perbuatan) sekalipun hanya seberat khardal, dan itu (tersembunyi) dalam batu, atau (di mana saja) di langit atau di bumi, Allah akan mengeluarkannya…” Maksudnya, perbuatan, baik atau buruk, sekecil apa pun, dan terletak di dalam batu yang amat keras, atau jauh di ruang angkasa atau dalam bumi, Allah mampu menghadirkannya untuk diberi-Nya balasan.