وَاِنَّ كُلًّا لَّمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ اَعْمَالَهُمْ ۗاِنَّهٗ بِمَا يَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Wa inna kullan lammā layuwaffiyannahum rabbuka a‘mālahum, innahū bimā ya‘malūna khabīr(un).
Sesungguhnya kepada setiap (yang berselisih itu) Tuhanmu pasti akan memberi balasan secara penuh atas perbuatan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Teliti terhadap apa yang mereka kerjakan.
Tapi jangan duga bahwa Allah akan membiarkan mereka yang berselisih. Allah memperhatikan mereka dan besumpah, sesungguhnya kepada masing-masing yang berselisih itu pasti Tuhanmu akan memberi balasan secara penuh atas perbuatan mereka pada hari pembalasan, sebagai imbalan atas perbuatan mereka. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap perbuatan apa saja yang mereka kerjakan baik yang ditampakkan atau disembunyikan. Allah Maha mengetahui dan Mahateliti, tidak ada satu pun perbuatan manusia yang terlewat dari pengamatan Allah.
Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa orang-orang yang memperselisihkan tentang kebenaran Al-Qur’an dan meragukan kedatangannya dari Allah, maka Allah akan menyempurnakan balasan perbuatan mereka baik di dunia maupun di akhirat, karena Allah Maha Mengetahui apa yang telah mereka kerjakan. Firman Allah:
ذٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِۚ ١٨٢ (اٰل عمران)
Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan sesungguh-nya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. (Āli ‘Imrān/3: 182)
Dan firman-Nya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ۔ ٤٦ (فصّلت)
Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba (-Nya). (Fuṣṣilat/41: 46)
Murīb مُرِيْب (Hūd/11: 110)
Kata murīb terambil dari kata raiba yang berarti keraguan. Raiba adalah menganggap sesuatu masih samar dan tidak jelas. Sebagian ulama memahaminya dengan kegelisahan jiwa, karena keraguan melahirkan kegelisahan dan kerisauan. Kata murīb adalah patron yang menunjukkan kepada pelaku bahwa yang bersangkutan merasa ragu yang sifatnya menghasilkan kegelisahan jiwa. Gabungan keduanya menggambarkan kuatnya keraguan dan kegelisahan tersebut. Ada juga ulama yang memahami murīb dengan pelaku yang menanamkan keraguan pada pihak lain. Memang biasanya kalau ada seseorang yang ragu maka keraguannya dapat mempengaruhi orang lain baik secara langsung maupun tidak.

