وَاصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
Waṣbir fa innallāha lā yaḍī‘u ajral-muḥsinīn(a).
Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.
Dan selain mengerjakan salat, juga bersabarlah dalam menghadapi cobaan dan kesulitan ketika melaksanakan perintah Allah, karena tanpa kesabaran, amal ibadah terasa berat, terutama dalam hal beristikamah. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan sedikit pun pahala yang diberikan kepada orang yang berbuat kebaikan. Perintah bersabar pada ayat ini mencakup bersabar dalam melaksanakan perintah Allah, dan bersabar dalam menghindari perbuatan maksiat maupun bersabar dalam menghadapi ujian atau cobaan.
Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan supaya berlaku sabar. Yang dimaksud dengan sabar dalam ayat ini ialah tabah dan tahan menghadapi segala kesulitan dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sabar dan salat adalah dua amal yang kembar yang dapat dijadikan penolong untuk dapat mengatasi segala kesulitan yang dihadapi, sehingga dengan mudah dapat sampai kepada yang dicita-citakan. Tidak sedikit ayat yang menganjurkan supaya sabar dan salat itu dijadikan penolong. Antara lain firman Allah:
يٰٓاَيُّهَ ا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٣ (البقرة)
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (al-Baqarah/2: 153)
Dan firman-Nya:
فَاصْبِ ْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ۚوَمِنْ اٰنَاۤئِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى ١٣٠ (طٰهٰ)
Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang. (Ṭāhā/20: 130)
Ayat ini disudahi dengan suatu penegasan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan seperti sabar, tetapi Allah akan menyempurnakan pahalanya sebagaimana firman-Nya:
اِنَّمَ يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ١٠ (الزمر)
Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (az-Zumar/39: 10)
Ajr اَجْر (Hūd/11: 115)
Kata yang terdiri dari akar (أ – ج - ر) mempunyai dua arti yaitu upah atas pekerjaan dan menambal tulang yang retak. Upah untuk seorang yang bekerja adalah dalam rangka untuk menambal jerih payah dari pekerjaan yang dilakukannya (Ibn Fāris). Pahala dikatakan ajr karena pahala adalah upah yang diberikan oleh Allah dari amal yang telah dilakukan seorang hamba, baik balasan itu di dunia maupun di akhirat (lih. al-’Ankabūt/29: 27). Untuk balasan yang bersifat duniawi biasa dipakai kata ujrah ( أجرة ) . Pakar bahasa Arab membedakan antara ajr dan jazā’. Ungkapan ajr ( أجر ) hanya untuk hal yang bermanfaat. Berbeda dengan kata jazā’ (جزاء) atau balasan yang bisa digunakan dalam kontek positif (manfaat) atau negatif (mudarat) seperti balasan mereka adalah neraka jahanam. (al-Insān/76: 12, an-Nisā’/4: 93).
Kita bisa memahami Al-Qur’an memakai ungkapan ajr dalam konteks spiritual yaitu pahala, padahal kata tersebut banyak digunakan oleh orang Arab untuk transaksi ekonomi, yaitu agar mereka cepat memahami ungkapan yang baru ini sesuai dengan dunia mereka.

