فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ
Famā yukażżibuka ba‘du bid-dīn(i).
Maka, apa alasanmu (wahai orang kafir) mendustakan hari Pembalasan setelah (adanya bukti-bukti) itu?
Allah menciptakanmu dengan bentuk yang sempurna dari setetes mani yang menjadi janin, kemudian melewati berbagai tahap dari bayi, remaja, dewasa, tua, hingga meninggal. Itu merupakan dalil yang paling jelas tentang kekuasaan Allah; bahwa Dia kuasa untuk membangkitkanmu dari kematian. Maka, apa yang menyebabkan mereka mendustakanmu tentang hari pembalasan yaitu hari kiamat setelah adanya keterangan-keterangan yang gamblang itu?
Allah mempertanyakan bila masih ada manusia yang menganggap bohong apa yang disampaikan-Nya kepada Nabi Muhammad bahwa kemuliaan manusia itu diukur dari imannya dan perbuatan baiknya. Hal itu karena iman itulah yang akan membuahkan perbuatan baik, sedangkan keingkaran hanya akan membuahkan kejahatan.
Al-Ḥākimīn الْحَاكِمِيْنَ (at-Tīn/95: 8)
Kata al-ḥākimīn adalah bentuk plural (jama‘) dari al-ḥākim yang menunjukkan pelaku (fā‘il). Berasal dari akar kata ḥakama-yaḥkumu-ḥukman wa ḥikmatan. Kata ini dan derivasinya mempunyai makna dasar "mencegah". Ilmu disebut hikmah karena dapat mencegah dan menghindari kebodohan. Putusan pengadilan disebut al-ḥukm karena dapat mencegah seseorang dari tindakan zalim. Kata al-hākim memiliki makna antara lain: (1) Hakim yang memutuskan, dengan demikian Allah disifati dengan aḥkam al-hākimīn, dalam bentuk superlatif, karena Dia adalah Zat yang paling adil dalam memutuskan segala perkara; (2) Kata al-ḥākim adalah yang memiliki hikmah, yaitu pengetahuan akan sesuatu yang paling baik sesuai dengan cara yang paling tepat. Biasa diartikan juga dengan orang bijak. Dengan demikian Allah adalah Zat yang paling bijak dan paling tahu akan segala sesuatu yang terbaik. (3) Kata al-ḥākim juga seringkali disandingkan kepada seseorang yang paling teliti dalam segala hal. Dengan demikian Allah adalah Zat yang paling teliti dan cermat dalam menciptakan segala sesuatu. Ketiga makna itu sangat pantas dimiliki oleh Allah, sehingga setiap manusia harus tunduk dan mengikuti putusan dan ketentuan Allah dengan penuh ikhlas, serta meyakini bahwa semua ciptaan Allah penuh dengan ketelitian dan kesempurnaan.

