وَّمَا هُوَ بِالْهَزْلِۗ
Wa mā huwa bil-hazl(i).
dan ia (Al-Qur’an) sama sekali bukan perkataan senda gurau.
Dan sebagai firman Allah, Al-Qur’an itu bukanlah sendagurauan. AlQuran bukan sesuatu yang tidak bermakna, bukan pula dongeng masa lalu. Al-Qur’an adalah murni rahmat Tuhan yang Maha Pengasih bagi seluruh alam.
Allah menegaskan bahwa sumpah-Nya dengan langit dan bumi itu menyatakan bahwa sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad benar-benar firman Allah yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sama sekali bukanlah senda gurau. Dengan demikian, sudah seharusnya Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an tentang yang hak dan batil karena keterbatasan kemampuan akal manusia untuk mengetahuinya.
1. Faṣl فَصْلٌ (aṭ-Ṭāriq/86: 13)
Kata yang terambil dari (fā’-ṣād-lām) mempunyai arti memisahkan dua hal sehingga antara keduanya terdapat ruang. Ruas-ruas yang ada pada anggota tubuh manusia seperti pergelangan tangan, disebut mafāṣil jamak dari mifṣal karena ruas tersebut memisahkan antara satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Menyapih seorang anak sehingga tidak lagi menyusu kepada ibunya disebut fiṣāl. Hari kiamat dinamakan dengan yaumul-faṣl karena bisa memisahkan (membedakan) antara yang hak dan yang batil. Begitu juga dengan ungkapan qaul faṣl yaitu Al-Qur’an yang bisa membedakan antara sesuatu yang hak dan yang batil.
2. Ruwaidan رُوَيْدًا (aṭ-Ṭāriq/86: 17)
Bentuk taṣgīr (mengecilkan sesuatu) dari ar-raud. Taṣrifnya rāda-yarūdu-raudan. Akar kata yang terdiri dari (rā’-wau-dāl) artinya pekerjaan bolak-balik secara pelan dan halus. Jika dikatakan: ruwaidan ya hāżā! artinya “pelan-pelanlah hai fulan, jangan terburu-buru.” Ayat ini menggambarkan bahwa orang kafir Mekah diberi tangguh untuk hidup sebentar sebelum pada akhirnya dikalahkan oleh kaum Muslimin pada Perang Badar.

