فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ
Fa każżabūhu fa ‘aqarūhā fa damdama ‘alaihim rabbuhum biżambihim fa sawwāhā.
Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).
Kaum Samud tidak rela dengan pembagian jatah air itu. Nabi Saleh telah menasihati mereka, namun mereka mengabaikan serta mendustakannya, dan dengan beringas pria paling celaka itu menyembelih unta tersebut dan membantainya atas perintah kaum Samud. Karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya mereka dengan tanah. Hanya Nabi Saleh dan orang beriman yang selamat dari azab itu. Kejadian ini memberi pesan kepada generasi setelahnya bahwa aturan agama Allah harus diindahkan. Mereka yang menentang dan melakukan dosa akan mendapatkan sanksi yang keras dari Allah di dunia sebelum sanksi yang lebih keras lagi di akhirat.
Akan tetapi, kaumnya memandang Nabi Saleh bohong, begitu juga unta itu sebagai mukjizat, dan menganggap sepi peringatan Nabi Saleh tersebut. Unta itu mereka tangkap beramai-ramai, lalu Qudar bin Salif membunuhnya dengan cara memotong-motongnya. Akhirnya Allah meratakan negeri mereka dengan tanah, dengan mengirim petir yang menggelegar yang diiringi gempa yang dahsyat, sebagai balasan pembangkangan dan dosa-dosa mereka.
Fadamdama فَدَمْدَمَ (asy-Syams/91: 14)
Makna damdama adalah menghancurkan secara menyeluruh dan membuat panik. Ad-damdamah berarti cerita suara kucing. Damama juga diartikan dengan mencelupkan sesuatu sehingga menjadi rata. Damamtuṡ-ṡaub berarti aku mencelupkan baju dengan zat pewarna sehingga warnanya menjadi rata. Sementara ulama berpendapat bahwa damdama berarti mengguncang bangunan sehingga menjadi rata dengan tanah. Ada juga yang memahaminya dalam arti meratakan dengan tanah. Selain itu, ad-damdamah juga mengandung makna kemarahan dan kebencian. Yang jelas, makna damdama menggambarkan tentang siksa dari Allah yang marah melihat kemaksiatan yang dilakukan makhluk-Nya. Siksa ini bersifat menyeluruh dan merata, serta menimpa semua yang terlibat. Kata damdama hanya terulang sekali dalam Al-Qur’an yaitu dalam ayat ini.
Ayat ini menjelaskan tentang siksa Allah kepada kaum Nabi Saleh yaitu kaum Samud. Mereka mendustakan dan bahkan menantang kebenaran risalah yang dibawanya. Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Saleh berupa unta betina. Nabi Saleh memperingatkan kaumnya agar tidak mengganggu unta betina itu atau menghalanginya untuk minum pada hari yang telah dikhususkan. Akan tetapi, kaum Samud malah menyembelihnya. Karena kedurhakaan yang mereka lakukan, kemudian Allah menurunkan azab berupa suara yang menggelegar yang menjungkirbalikkan tanah tempat mereka berpijak. Azab ini bersifat menyeluruh untuk seluruh kaum Samud walaupun yang melakukan penyembelihan hanya sebagian saja. Tetapi karena sikap diam sebagian yang lain dan membiarkan sebagian yang lain berbuat durhaka, maka Allah menyamaratakan siksaan tersebut.

