وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
Wa ja‘alnā minhum a'immatay yahdūna bi'amrinā lammā ṣabarū, wa kānū bi'āyātinā yūqinūn(a).
Kami menjadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami.
Dan tidak hanya menurunkan Taurat kepada Bani Israil, Kami juga jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin dan ulama-ulama yang memberi petunjuk dengan perintah dan pertolongan Kami selama mereka sabar dalam menegakkan kebenaran. Mereka senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” Ayat ini dimaksudkan untuk menghibur hati Rasulullah. Bila umat beliau menentang dakwahnya, sesungguhnya Bani Israil dulu tidak saja menentang Nabi Musa melainkan juga mengajukan permintaan yang mengherankan (Lihat Surat an-Nisa’/4: 153 dan al-Ma’idah/5: 24).
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menjadikan di antara Bani Israil yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya menjadi pemuka masyarakat. Di antara mereka ada yang diangkat menjadi nabi dan rasul yang menyampaikan petunjuk yang benar kepada kaumnya, dan ada pula di antara mereka yang dijadikan pemimpin bagi kaumnya menuju ke jalan yang benar. Hal itu diberikan karena mereka adalah orang-orang yang beriman dan sabar melaksanakan hukum-hukum Allah. Mereka juga sabar menerima setiap cobaan yang menimpa mereka, dan mereka yakin benar akan petunjuk Allah.
Allah berfirman:
وَاٰتَيْ نَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَجَعَلْنٰهُ هُدًى لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَلَّا تَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِيْ وَكِيْلًاۗ ٢ (الاسراۤء)
Dan Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami menjadikannya sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku.” (al-Isrā’/17: 2)
Miryah مِرْيَةٍ (as-Sajdah/32:21)
Kata miryah terbentuk dari kata marā-yamrī-maryan yang berakar makna mengeluarkan. Kata marā al-ibila berarti memerah ambing unta dan mengeluarkan air susunya. Kata al-ibil al-mariyyu berarti unta yang banyak air susunya. Darinya diambil kata mārā ar-rajula yang berarti mendebat seorang laki-laki dan membuatnya mengeluarkan argumen-argumen mengenai pandangan dan pendapatnya, seperti layaknya mengeluarkan air susu dari ambing unta. Darinya terambil kata tatamārā yang berarti mendebat sesuatu lantaran meragukan, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah, “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja..” (al-Kahf/18: 22). Dan yang dimaksud dengan kata miryah di sini adalah keraguan.

