وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْهِمْ مِّنْ قَبْلِهٖ لَمُبْلِسِيْنَۚ
Wa in kānū min qabli ay yunazzala ‘alaihim min qablihī lamublisīn(a).
Padahal, sebelum hujan diturunkan, mereka benar-benar telah berputus asa.
Padahal, sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa dan tidak tahu harus berbuat apa.
Kegembiraan itu akan dirasakan sekali oleh orang yang sudah lama mengalami kekeringan. Ketiadaan hujan dalam waktu yang lama membuat manusia putus asa. Keputusasaan itu segera sirna begitu hujan turun. Oleh karena itu, seharusnya mereka beriman dan bersyukur.
1. Al-Wadqa اَلْوَدْقَ (ar-Rūm/30: 48)
Al-Wadqa berasal dari akar kata wadaqa yang artinya menetes. Imam Ibnu Asyur menafsirkan kata al-wadq sebagai kilat karena menurutnya awan yang berlapis-lapis akan mengalirkan listrik yang berakumulasi menjadi kilat. Sedangkan mayoritas ulama memahaminya sebagai air yang menetes dari langit yang biasa disebut hujan. Kata al-wadq disebut dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Surah an-Nūr/24:43 dan pada Surah ar-Rūm/30: 48.
2. Khilālih خِلَاَلِهِ (ar-Rūm/30: 48)
Kata khilālih adalah kata benda, selamanya dalam bentuk jamak tidak ada kata tunggalnya. Artinya posisi sesuatu di tengah-tengah di antara dua hal yang mengapitnya. Kata ini juga bisa ditemui pada Surah al-Isrā’/17: 5.

