v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 29 - Surat Ar-Rūm (Romawi)
الرّوم
Ayat 29 / 60 •  Surat 30 / 114 •  Halaman 407 •  Quarter Hizb 41.25 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

بَلِ اتَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اَهْوَاۤءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ فَمَنْ يَّهْدِيْ مَنْ اَضَلَّ اللّٰهُ ۗوَمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ

Balittaba‘al-lażīna ẓalamū ahwā'ahum bigairi ‘ilm(in), famay yahdī man aḍallallāh(u), wa mā lahum min nāṣirīn(a).

Akan tetapi, orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa (berdasarkan) ilmu. Maka, siapakah yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah disesatkan Allah?587) Tidak ada seorang penolong pun bagi mereka.

Makna Surat Ar-Rum Ayat 29
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Tanda-tanda eksistensi, keesaan, dan kekuasaan Allah sudah begitu jelas, tetapi karena pada dasarnya ingin menolak hal tersebut maka orang-orang yang zalim itu hanya mengikuti keinginannya tanpa ilmu pengetahuan yang benar dan logis. Ia secara sadar memilih jalan kesesatan, maka siapakah yang dapat memberi petunjuk menuju jalan kebenaran kepada orang yang telah disesatkan oleh Allah akibat pilihan sikapnya yang sesat itu? Tentu tidak ada. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi mereka di akhirat kelak.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa kaum musyrik itu menyembah sesuatu selain Allah karena kebodohan dan kejahilan mereka sendiri. Mereka tidak mau memperhatikan keterangan yang jelas di hadapan mereka.

Ayat ini merupakan perumpamaan bagi kaum musyrik yang tidak dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah yang terperinci, dan memetik hikmahnya. Bahkan mereka tetap berada pada kesesatan dan kemusyrikan. Akal pikiran mereka dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Orang yang demikian itu selamanya tidak akan dapat dikendalikan kecuali oleh hawa nafsunya. Dia tidak akan menjawab sesuatu kecuali yang sesuai dengan panggilan setannya.

Pernyataan tentang suatu perbuatan tanpa ilmu pengetahuan dalam ayat ini merupakan suatu isyarat bahwa hawa nafsu yang menguasai kaum musyrik ialah hawa nafsu yang buta dan tidak dapat ditembus oleh cahaya kebenaran.

Kadang-kadang manusia itu mengikuti hawa nafsunya. Kemudian apabila diberi peringatan dan petunjuk, dia akan bangkit dan mengikuti petunjuk itu. Begitulah keadaan kaum musyrik yang hidup di zaman kemusyrikan jahiliah. Mereka menyerah kepada hawa nafsu mereka. Namun tatkala Islam datang dan cahaya kebenaran menyinari mereka, mereka terbangun dari tidurnya. Mereka dapat melihat sesudah buta itu, dan mendapat petunjuk sesudah sesat.

Ayat ini lalu diakhiri dengan keterangan bahwa mereka yang telah di-sesatkan oleh Allah tidak akan dapat petunjuk selama-lamanya. Keterangan ini merupakan suatu isyarat kepada kaum musyrik yang keras kepala dalam kesyirikan bahwa mereka tetap berada dalam kesesatan. Mereka tidak akan beranjak setapak pun dari kesesatan itu, sebab Allah membiarkan mereka dalam keadaan seperti itu. Allah berfirman:

مَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ ۖوَيَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ١٨٦ (الاعراف)

Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. (al-A‘rāf/7: 186)

Kaum musyrik itu tidak akan menerima petunjuk, sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan mati dalam kesesatan. Apabila datang janji Allah, mereka berdiri untuk dihisab dan ditanya. Mereka tidak akan mendapat balasan selain neraka. Tidak ada seorang penolong pun bagi mereka.

Isi Kandungan Kosakata

Ḍaraba Lakum Maṡalan ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا (ar-Rūm/30: 28)

Ḍaraba lakum maṡalan artinya Dia (Allah) membuat perumpamaan bagimu. Maksudnya Allah memberi penjelasan kepada kita semua dengan metode perbandingan supaya mudah dipahami. Perumpamaan dan perbandingan merupakan metode menjelaskan sesuatu yang sulit dengan mempergunakan contoh-contoh perbandingan yang sederhana, yang terdapat pada kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang abstrak atau hanya dapat dipikirkan diumpamakan dengan benda-benda konkrit (dapat dilihat atau diraba), sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas seperti kita melihat atau meraba benda yang konkrit. Pada ayat 28 Surah ar-Rūm ini, Allah membuat perumpamaan dengan kehidupan sehari-hari orang-orang musyrik Mekah. Mereka menyekutukan Allah dengan berhala-berhala yang mereka buat sendiri. Jadi sebetulnya mereka lebih pandai dan lebih berkuasa daripada berhala-berhala itu. Apakah mereka mau bersekutu dengan hamba sahaya yang mereka miliki untuk menguasai harta mereka sehingga mereka tidak bebas menggunakannya tanpa seizin hamba sahaya yang di bawah kekuasaan mereka itu? Pasti hal ini tidak mungkin, sebagaimana tidak mungkinnya patung-patung buatan manusia itu mereka jadikan sekutu bagi Allah. Hal ini sangat tidak masuk akal.