اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ
Iżā jā'a naṣrullāhi wal-fatḥ(u).
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan
Wahai Nabi Muhammad, apabila telah datang pertolongan Allah kepadamu dan pengikutmu dalam menghadapi kaum kafir Quraisy, dan telah datang pula kemenangan kepadamu dengan penaklukan Mekah menjadi kota yang suci kembali dari kesyirikan dan kekafiran,
Dalam ayat-ayat ini, Allah memerintahkan apa yang harus dilakukan Nabi Muhammad pada saat pembebasan Mekah, yaitu apabila ia telah melihat pertolongan Allah terhadap agama-Nya telah tiba, dengan kekalahan orang-orang musyrik dan kemenangan di pihak Nabi, dan melihat pula orang-orang masuk agama Allah beramai-ramai dan berduyun-duyun, bukan perseorangan sebagaimana halnya pada permulaan dakwah.
Orang-orang Arab berkata, “Manakala Muhammad menang atas penduduk Mekah yang mana Allah telah selamatkan mereka dari pasukan bergajah, maka kalian tidak berdaya melawannya.” Akhirnya mereka masuk Islam berduyun-duyun, berkelompok-kelompok dan satu kelompok 40 orang.
1. Al-Fatḥ الفَتْحُ (an-Naṣr/110: 1)
Kata al-fatḥ dalam bahasa sebagaimana kata Rāgib al-Asfahānī adalah membuka sesuatu yang tertutup dan yang sukar. Ada yang berarti hissi atau yang bisa diketahui dan dilihat oleh mata, seperti membuka pintu. Ada yang maknawi seperti menghilangkan kesusahan. Al-Fātiḥah menjadi nama surat pertama dari Al-Qur’an, karena setelah itu terbuka surat-surat berikutnya. dari sekian banyak arti, salah satu arti dari al-Fatḥ berarti “kemenangan” seperti dimaksud dalam ayat ini.
Surah yang hanya tiga ayat pendek ini termasuk kelompok surah-surah Madaniyyah walaupun turunnya di Mekah, karena surah ini turun sesudah Nabi hijrah ke Medinah. Rasulullah dan sahabat-sahabat mengalami berbagai macam kekerasan, dan semuanya itu diterimanya dengan sabar dan tabah serta keimanannya kepada Allah bertambah kuat. Kalangan mufasir mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada Rasulullah untuk mengingatkannya tentang kenikmatan dan karunia Allah kepadanya dan kepada orang-orang beriman. Penaklukan Mekah tanpa kekerasan menjadi harapannya sejak semula dan ini pula rencananya. Bila hal ini kemudian terlaksana, ini pula yang merupakan balasan dan karunia Allah atas kesabaran dan perjuangannya yang tak kunjung henti. Tetapi sekarang setelah mendapatkan kemenangan gemilang, apa yang akan dilakukannya terhadap mereka yang dulu menganiaya dan menghina dirinya, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya, serta merencanakan pembunuhan terhadap dirinya ketika di Mekah.
Guna menghindari kekerasan itu, Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Medinah. Tetapi kaum musyrik Mekah masih juga mengejarnya sampai ke Medinah, berulang kali melancarkan perang besar-besaran, di Badar, Uhud, dan di tempat-tempat lain. Setelah mendapat kemenangan, tak sedikit pun di hati Rasulullah hendak membalas dendam atas segala perbuatan mereka itu. Bahkan ia menyerukan kepada sahabat-sahabatnya jangan sampai terjadi pertumpahan darah, dan ia memaafkan semua penjahat perang dan pemuka-pemuka Mekah.
Dalam peristiwa ini ada dua kemenangan yang telah dicapainya, (1) kemenangan fisik, karena telah dapat membebaskan Mekah dan sekitar tanpa pertumpahan darah setetes pun, sesuai dengan rencana, (2) kemenangan dakwah yang luar biasa dengan masuknya orang ke dalam Islam beramai-ramai dan berbondong-bondong datang dari segenap penjuru.
Memang setelah itu, orang-orang Arab pedalaman dan penduduk kota Mekah berduyun-duyun datang menyatakan kesetiaannya kepada Rasulullah dan ajarannya. Mereka memang menunggu penaklukan Mekah itu, dengan mengatakan bahwa kalau dia dapat mengalahkan mereka semua, benarlah dia nabi. Dan sekarang ini sudah menjadi kenyataan. Setelah itu, tak sampai dua tahun setelah penaklukan Mekah, semua kabilah dan semua kawasan negeri itu secara sukarela juga menyatakan beriman dan setia kepadanya.
Peristiwa yang berlangsung dalam waktu begitu singkat itu adalah pelajaran yang sangat berharga yang diberikan kepada kita. Artinya, bila orang berhasil dalam usahanya, dalam perjuangannya, bukan harus bersorak-sorai, merasa bangga dan menepuk dada lalu menempatkan diri sebagai orang yang berjasa sukses, sebagai pahlawan. Karenanya lalu terselip rasa bangga, lalu jadi sombong dan congkak. Dan inilah sifat manusia umumnya sepanjang sejarah, siapapun dan dari mana pun dia. Mungkin saja dalam pembebasan Mekah yang luar biasa gemilang itu, tanpa disadari ada dari kalangan orang beriman itu yang merasa demikian. Dalam hal biasa mungkin itu dianggap wajar saja, sifat manusia. Tetapi semua itu terjadi, di tengah-tengah mereka ada Rasulullah. Maka pada penutup surah ini, Rasulullah diingatkan, orang-orang beriman itu jangan terbawa arus yang akan menyesatkan mereka. Sebaliknya, hendaklah ingat kepada Allah yang Mahakuasa, dengan mengingat-ingat, berzikir, dengan memuji kekuasaan dan kebesaran Allah, memohonkan ampun dan bertobat, karena Allah Maha Pengampun. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
2. Afwājan اَفْوَاجًا (an-Naṣr/110: 2)
Term afwāj merupakan bentuk jamak (plural) dari kata fauj, yang artinya sekelompok manusia. Dengan demikian, afwāj dapat diartikan sebagai kelompok-kelompok manusia yang banyak. Pada ayat ini, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan betapa banyak penduduk Mekah yang datang berbondong-bondong untuk masuk Islam. Kedatangan mereka untuk menyatakan keislaman itu terjadi dengan sendirinya setelah mereka mengetahui kebenaran agama ini dan keadaan yang mendorong untuk mengakuinya. Kondisi demikian berbeda sekali dari masa lalu, ketika Rasulullah saw mengajak atau berdakwah kepada mereka. Pada saat itu, dakwah Nabi saw disambut dengan kritikan, cacian, lemparan batu, atau gangguan. Bahkan ada pula yang berkonspirasi untuk membunuhnya. Saat penaklukan Mekah, keadaannya sudah lain. Tanpa diminta, penduduk kota yang dulu memusuhinya berbondong-bondong datang kepada Rasulullah saw untuk menyatakan keislamannya.

