v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 5 - Surat An-Nās (Manusia)
النّاس
Ayat 5 / 6 •  Surat 114 / 114 •  Halaman 604 •  Quarter Hizb 60.75 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Madaniyah

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i).

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

Makna Surat An-Nas Ayat 5
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

yang membisikkan kejahatan dan kesesatan ke dalam dada manusia dengan cara yang halus, lihai, licik, dan menjanjikan secara terus-menerus.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah menerangkan dalam ayat ini tentang godaan tersebut, yaitu bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia, yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman:

وَكَذٰلِ كَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ

Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin. (al-An‘ām/6: 112)

Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia menampakkan dirinya sebagai penasihat yang ikhlas, tetapi bila engkau menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan godaannya secara berlebih-lebihan.

Surah ini dimulai dengan kata pendidik, karena itu Tuhan sebagai pendidik manusia, berkuasa untuk menolak semua godaan setan dan bisikannya dari manusia. Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia memohon pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk yang serupa dalam surah al-Fātiḥah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan, maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.

Isi Kandungan Kosakata

1. An-Nās اَلنَّاسِ (an-Nās/114: 1)

Kata an-nās artinya kelompok manusia. Kata ini terambil dari kata an-naus yang berarti gerak. Dengan demikian, yang disebut manusia itu adalah makhluk yang selalu bergerak untuk mencapai keinginan atau cita-citanya. Sebaliknya bila tidak ada gerak atau usaha, maka ia tidak layak disebut sebagai manusia. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa kata ini terambil dari kata unās, yang artinya tampak. Ini berarti sesuatu disebut nās, karena ia tampak dan dapat dilihat, ia bukan merupakan makhluk halus yang tidak dapat diindra (dilihat) atau tidak tampak.

Dalam Al-Qur’an, kata an-nās terulang sebanyak 241 kali. Sedang dalam surat ini disebut sebanyak lima kali, dan tiga di antaranya diungkapkan dalam tiga ayat secara berurutan. Penyebutannya yang demikian memiliki arti bahwa pengungkapan sifat-sifat Allah yang dikaitkan dengan an-nās menunjukkan keserasian makna. Surah ini berisi permohonan perlindungan dari segala bencana yang menimpa manusia, karena itu sangat wajar bila yang diingat pertama adalah tujuan atau kepada siapa permohonan itu ditujukan, yaitu kepada Allah sebagai Zat yang memelihara manusia, karena hanya Dia yang Sang Pencipta yang dapat melindungi dan membimbing manusia. Kemudian pengertian ini akan membawa pada pengertian bahwa Zat yang mampu memelihara dan melindungi itu pasti memiliki kekuasaan yang tidak ada taranya, baik terhadap manusia maupun pada makhluk lainnya. Dari pengertian ini disebutlah Malikin-nās, seperti yang tercantum pada ayat selanjutnya. Selanjutnya, karena Allah adalah Maha Raja yang menguasai manusia, maka sangat wajar jika Dia dijadikan sebagai tujuan ibadah atau satu-satunya Zat yang disembah dan dipatuhi manusia. Dari pengertian ini, disebutlah ayat ketiga, yaitu Ilāhin-nās.

2. Al-Khannā s الخَنَّاس (an-Nās/114: 4)

Kata al-khannās berasal dari kata kerja khanasa, yang artinya kembali, mundur, lembek, atau bersembunyi. Dengan demikian, al-khannās dapat diartikan sebagai kembali, kemunduran, kelembekan, atau persembunyian. Namun demikian, makna yang dituju dari kata ini sering kali hanya untuk menyebut arti banyak sekali atau sering kali. Dengan makna demikian, maka kata ini dalam tafsir diungkapkan dengan makna bahwa setan sering kali dan berulang-ulang akan kembali menggoda manusia pada saat ia lengah dan melalaikan Allah. Makna lain dari pengungkapannya juga dapat ditujukan untuk menyatakan bahwa setan sering kali dan berulang-ulang akan menjadi lembek dan mundur saat manusia berzikir atau mengingat Allah. Pendapat ini didukung oleh sebuah hadis yang mengungkapkan informasi Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari Ibnu ‘Abbās, yaitu bahwa sesungguhnya setan itu bercokol atau bersemayam di hati keturunan Adam. Bila ia berzikir, setan itu akan mundur menjauh, dan bila ia lengah, maka setan akan berbisik (untuk menjerumuskannya).