v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 26 - Surat Al-Qiyāmah (Hari Kiamat)
القيٰمة
Ayat 26 / 40 •  Surat 75 / 114 •  Halaman 578 •  Quarter Hizb 58.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

كَلَّآ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَۙ

Kallā iżā balagatit-tarāqiy(a).

Sekali-kali tidak! Apabila (nyawa) telah sampai di kerongkongan,

Makna Surat Al-Qiyamah Ayat 26
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

26-30. Ayat di atas mengingatkan siapa saja untuk tidak terlalu mencintai dunia karena setiap saat maut bisa datang. Sekali-kali tidak, yaitu tidak akan berlanjut kehidupan dunia ini, apabila nyawa seseorang telah sampai ke kerongkongan, dan ketika itu dikatakan kepadanya, “Siapa yang dapat menyembuhkan sakaratul maut ini?” Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan dengan dunia yang dicintainya, dan bertaut betis kiri dengan betis kanan, karena hebatnya penderitaan pada saat akan mati dan ketakutan akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat, dan kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau ke surga bagi yang taat dan ke neraka bagi yang durhaka.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini, Allah menyerukan manusia supaya sekali-kali tidak melupakan akhirat. Apabila napas seseorang telah sampai ke kerongkongan maka pertobatan tidak ada lagi gunanya. Jangan sekali-kali terpengaruh dengan kehidupan duniawi dan ingatlah bahwa pada waktunya, jiwa manusia akan dicabut oleh malaikat maut. Bila nyawa bercerai dengan tubuh, maka hubungan manusia dengan segala apa yang dimilikinya terputus dan ia akan menghadapi babak baru dari kehidupannya yang kekal dan abadi. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

فَلَوْلَ آ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ ٨٣ وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ ٨٤

Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat. (al-Wāqi‘ah/56: 83-84)

Isi Kandungan Kosakata

1. At-Tarāqī التَّرَاقِى (al-Qiyāmah/75: 26)

At-Tarāqī merupakan bentuk jamak dari kata tarquwah, yang artinya lubang yang terdapat di kerongkongan untuk pernapasan dan saluran makanan. Pada ayat ini, kata ini dikaitkan dengan fenomena yang dialami manusia ketika roh dicabut dan dipisahkan dari raganya. Dalam proses pencabutan itu, roh merambat naik dari kaki ke atas, dan fase akhir dari kehidupan seseorang ditandai dengan sampainya roh ke tarāqī tersebut. Pada saat seperti ini, seseorang yang mengalaminya disebut sedang berada dalam keadaan sakaratulmaut, dan pernapasannya akan terdengar bergetar, yang dalam bahasa Arab disebut yugargir. Inilah batas akhir dari diterimanya tobat seseorang.

2. Sudān سُدًى (al-Qiyāmah/75: 36)

Sudā maknanya adalah diremehkan atau disia-siakan. Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia itu tidak akan diremehkan atau disia-siakan. Makna yang demikian memberikan pemahaman bahwa manusia itu merupakan makhluk istimewa dan bukan sesuatu yang diremehkan di sisi Allah. Manusia adalah makhluk terhormat yang tidak akan dibiarkan begitu saja. Pemahaman demikian membawa pada kesimpulan bahwa tujuan penciptaan manusia itu adalah sedemikian pentingnya, sehingga mereka mendapatkan segala kasih sayang dan perhatian utama dari Allah. Selain itu, demi menjaga keseimbangan dalam prilaku dan perbuatan, manusia yang bukan makhluk remeh itu akan dibangkitkan kelak setelah kematiannya. Tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah dan sekaligus untuk beribadah kepada Allah. Ini adalah tujuan yang mulia, karena mengemban misi dari-Nya untuk mengelola bumi. Seandainya manusia diciptakan tanpa tujuan, maka penciptaan dan kejadiannya tentu tidak perlu dengan proses yang rumit dan berfase-fase. Tuhan tentu tidak melakukan semua ini dengan sia-sia. Oleh karena itulah, manusia bukan makhluk yang akan diremehkan atau disia-siakan.