v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 79 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 79 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 395 •  Quarter Hizb 40.25 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Fa kharaja ‘alā qaumihī fī zīnatih(ī), qālal-lażīna yurīdūnal-ḥayātad-dun-yā yā laita lanā miṡla mā ūtiya qārūn(u), innahū lażū ḥaẓẓin ‘aẓīm(in).

Maka, keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Makna Surat Al-Qasas Ayat 79
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Nasihat yang disampaikan kepada Karun tidak digubris olehnya. Bahkan, keangkuhannya semakin menjadi-jadi. Maka keluarlah dia kepada kaumnya, di depan khalayak ramai, dengan membangga-banggakan kemegahannya dan mempertontonkan kekayaan dan kekuatan yang dimilikinya, sehingga membuat silau orang yang lemah imannya. Melihat itu, orang-orang yang selalu menginginkan kehidupan dunia sebagai tumpuan dan tujuan hidupnya berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan dan kedudukan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar di dunia.” Mereka tertipu olehnya dan ber-angan-angan untuk memiliki seperti yang dikaruniakan kepada Karun, yaitu harta benda dan keberuntungan yang besar dalam kehidupan. Padahal semua itu akan binasa bila tidak beriman.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebihan dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia. Hal yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan yang terkutuk bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat. Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua.

Pertama, orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini. Menurut anggapan mereka, hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan. Mereka itu berharap juga dapat memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu dianggap sebagai keberun-tungan yang besar.

Dengan demikian mereka akan hidup senang, dan berbuat sekehendak hatinya merasakan kenikmatan dunia dengan segala variasinya. Keinginan manusia seperti ini sampai sekarang tetap ada, bahkan tumbuh dengan subur di tengah-tengah masyarakat. Di mana-mana kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar, dan lainnya, seperti rumah besar dengan perabot serba mewah, mobil mewah, tanah, dan sawah ladang yang berpuluh-puluh bahkan beratus hektar. Hal itu mereka lakukan sekalipun menggunakan jalan yang tidak wajar, yang tidak sesuai dengan hukum agama dan peraturan negara. Hal itu menyebabkan timbulnya kecurangan dan korupsi di mana-mana.

Isi Kandungan Kosakata

Fakhasafnā فَخَسَفْنَا (al-Qaṣaṣ/28: 81)

Kata khasafa adalah fi’il māḍī (kata kerja lampau) dari khasafa-yakhsifu-khasf(an), yang berarti hilang, tenggelam, atau terbenam. Ungkapan khusuf al-qamar berarti gerhana bulan. Pada ungkapan ini ada unsur arti lain yaitu menghinakan. Ungkapan fakhasafna bihi dalam ayat ini, berarti kami benamkan dia (Karun). Maksudnya ialah Karun dihancurkan Allah dengan cara membenamkannya ke dalam bumi. Pembenaman Karun hakikatnya diperbuat oleh Allah. Dalam perbuatan-Nya ini Allah seakan melibatkan pihak selain diri-Nya, yaitu Nabi Musa yang berdoa kepada-Nya agar Karun dihancurkan. Karena terkait Nabi Musa yang berdoa dan kemudian Allah mengabulkan doa tersebut, begitu juga malaikat yang terlibat dalam penghancuran Karun dan rumahnya, maka penghancuran atau pembenaman Karun ke dalam bumi dinyatakan oleh Allah dengan firman-Nya fakhasafna bih (maka Kami benamkan dia) dan bukan fakhasaftu bih (maka Aku benamkan dia).