وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ
Wa lā tad‘u ma‘allāhi ilāhan ākhar(a), lā ilāha illā huw(a), kullu syai'in hālikun illā wajhah(ū), lahul-ḥukmu wa ilaihi turja‘ūn(a).
Jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain (selain Allah). Tidak ada tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali zat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.
Dan jangan pula engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan pengendali dan penguasa seluruh alam yang berhak disembah selain Dia Yang Maha Esa lagi Mahakekal itu. Segala sesuatu pasti binasa dan fana, kecuali Allah. Segala keputusan di dunia dan akhirat menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dan seluruh makhluk dikembalikan.
Pada ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad menyembah sembahan lain selain Allah, karena tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sebagaimana firman Nya:
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا ٩ (المزّمّل)
(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. (al-Muzzammil/73: 9)
Allah itu kekal abadi sekalipun semua makhluk yang ada sudah mati dan binasa. Firman Allah:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۖ ٢٦ وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ ۚ ٢٧ (الرحمن)
Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (ar-Raḥmān/55: 26-27)
Dan sabda Nabi Muhammad saw:
اَصْدَقُ كَلِمَةٍ قَالَهَا الشَّاعِرُ كَلِمَةُ لَبِيْدٍ: اَلَا كُلُّ شَئٍ مَا خَلَا اللهَ بَاطِلٌ (رواه البخارى ومسلم عن أبي هريرة)
Ungkapan paling benar yang diucapkan penyair adalah yang diucapkan oleh Labīd, yaitu: “Ketahuilah setiap sesuatu selain dari Allah akan binasa.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abū Hurairah)
Allah-lah yang mempunyai kerajaan, dan berbuat sekehendak-Nya. Dia-lah yang menentukan segala sesuatu yang akan berlaku kepada semua makhluk. Kepada-Nyalah akan dikembalikan semuanya, dan dibalas menurut amal perbuatannya masing-masing. Kalau ia beramal baik, taat, dan patuh kepada perintah Allah, akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya kalau ia berbuat maksiat dan bergelimang dosa, akan dimasukkan ke dalam neraka. Nabi saw bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abū Hurairah:
كُلُّ اُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ اِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَمَنْ يَأْبَى، قَالَ مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخارى عن أبي هريرة)
Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Sahabat bertanya: Siapa yang enggan ya Rasulullah? Rasul bersabda: Barang siapa taat kepadaku, maka ia masuk ke dalam surga, dan barang siapa durhaka kepadaku, maka sungguh ia telah enggan. (Riwayat al-Bukhārī dari Abū Hurairah).
1. Faraḍa فَرَضَ (al-Qaṣaṣ/28: 85)
Kata faraḍa dalam Al-Qur’an disebut tidak kurang dari 4 kali, yaitu dalam Surah al-Baqarah/2: 197, Surah al-Aḥzāb/33: 38, Surah at-Taḥrīm/66: 2, dan dalam Surah al-Qaṣaṣ/28: 81 ini. Kalau subjek (fā’il)nya manusia, maka artinya “mengerjakan sesuatu sebagai kewajiban,” seperti terdapat dalam Surah al-Baqarah/2: 197. Akan tetapi, kalau subjek (fā’il)nya Allah, maka faraḍa berarti mewajibkan. Kata faraḍa ‘alaika dalam ayat ini mengandung tiga macam arti. Menurut ‘Aṭā’ bin Abi Rabah dan Ibnu Qutaibah, kata itu berarti Allah mewajibkan kepada Muhammad untuk mengamalkan hukum-hukum Al-Qur’an. Menurut Mujāhid, artinya Allah memberikan kepada Nabi Muhammad Al-Qur’an. Menurut Muqātil, al-Farra’ dan Abū Ubaidah, maksudnya adalah Allah menurunkan kepada Muhammad Al-Qur’an.
2. Larādduka لَرَادُّكَ (al-Qaṣaṣ/28: 85)
Kata larādduka dalam rangkaian ayat ini merupakan predikat/khabar inna, yang artinya “pasti akan mengembalikanmu (Muhammad).” Menurut sebagian mufasir, ayat ini diturunkan pada waktu Nabi Muhammad berangkat dari Mekah, yakni dalam perjalanan hijrah menuju Medinah. Nabi Muhammad sesampai di Juhfah, menolehkan mukanya ke arah Mekah karena ingin kembali ke sana. Allah menegaskan janji-Nya bahwa Dia yang telah mewajibkan kepada Nabi Muhammad untuk mengamalkan hukum-hukum Al-Qur’an, pasti akan mengembalikan beliau ke Mekah melalui futuḥ Mekah pada waktu yang tepat. Jadi, penaklukan kota Mekah benar-benar dijanjikan Allah kepada Nabi Muhammad, sehingga kota itulah tempat beliau kembali (ma’ad), yang dari situ beliau diusir.

