v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 56 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 56 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 392 •  Quarter Hizb 40 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā'(u), wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn(a).

Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.

Makna Surat Al-Qasas Ayat 56
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Hidayah yang mengantar seseorang menerima dan melaksanakan tuntunan Allah bukanlah wewenang manusia, atau dalam batas kemampuannya, tetapi semata-mata wewenang dan hak prerogatif Allah. Di sini Allah menjelaskan hakikat tersebut dengan penegasan, “Sungguh, engkau wahai Nabi Muhammad, tidak dapat memberi petunjuk dalam bentuk hidayah taufiq yang menjadikan seseorang menerima dengan baik dan melaksanakan ajaran Allah kepada orang yang engkau kasihi, meski engkau sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu. Engkau hanya mampu memberi hidayah irsyad, dalam arti memberi petunjuk dan memberitahu tentang jalan kebahagiaan, Akan tetapi, Allah-lah yang memberi petunjuk keimanan hidayah kepada orang yang Dia kehendaki-Nya bila dia bersedia menerima hidayah dan membuka hatinya untuk itu, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga. Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia yang mempunyai kebijaksanaan yang mendalam dan alasan yang cukup. Hal tersebut ditegaskan pula pada ayat lain di dalam Al-Qur’an.

۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)

Dan firman-Nya:

وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ ١٠٣ (يوسف)

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yūsuf/12:103)

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima hidayah itu. Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayat-ayat yang lalu. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka.

Isi Kandungan Kosakata

Nutakhaṭṭaf نُتَخَطَّفْ (al-Qaṣaṣ/28:57)

Kata nutakhaṭṭaf terambil dari kata khaṭifa-yakhṭafu-khiṭf an yang berarti mencabut atau mengambil dan merampas sesuatu dengan cepat. Khaṭafa juga diartikan dengan mendengar secara sembunyi-sembunyi. Allah berfirman “Illā man khaṭifa al-khaṭfah” (aṣ-Ṣāffāt/28: 10). Juga diartikan dengan menyambar atau merampas seperti dalam firman Allah “yakādul-barq yakhṭafu abṣārahum” (al-Baqarah/2: 20). Rasulullah dalam hadisnya bersabda, “Nahā an al-Mujaṡimah wa al-khaṭif”. Khaṭfah di sini diartikan dengan daging yang didapatkan dari hasil buruan serigala atau sejenisnya. Oleh karena itu, serigala dikenal dalam sebutan Arab dengan khaṭif. Begitu juga sabda Nabi, “Lā tuḥarrimu al-khaṭfah.” Ini diartikan dengan air susu ibu yang dihisap dengan cepat oleh si bayi. Dari beberapa pengertian di atas, kata yang terbentuk dari rangkaian huruf kha, ṭa, dan fa mengindikasikan adanya kecepatan dalam mengambil sesuatu.

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tentang sikap orang-orang kafir Mekah yang merasa ketakutan jika mereka mengikuti agama Nabi Muhammad. Ketakutan mereka karena khawatir akan diambil (diusir) dari kampung halamannya atau mereka akan mendapatkan perlakuan yang semena-mena (intimidasi) dari para pembesar Quraisy. Hal tersebut merupakan alasan yang tidak bisa diterima akal sehat, karena hanya takut diusir dan diintimidasi mereka menolak dakwah Muhammad dan mereka lebih takut kepada manusia dibandingkan dengan penciptanya.