اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌ ۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا ࣖ
Inna hāżihī tażkirah(tun), faman syā'attakhaża ilā rabbihī sabīlā(n).
Sesungguhnya ini adalah peringatan. Siapa yang berkehendak niscaya mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya.
Setelah ancaman disampaikan Al-Qur’an kembali menegaskan bahwa sungguh, ayat-ayat Al-Qur’an ini adalah peringatan sekaligus petunjuk. Barangsiapa menghendaki kebaikan, niscaya dia mengambil jalan yang lurus kepada Tuhannya.
Allah menegaskan bahwa sesungguhnya hal-hal yang lalu yang mengungkapkan berbagai hal tentang siksaan yang disediakan Allah bagi orang yang mendustakan-Nya, dan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan diri dari azab-Nya, merupakan pengajaran atau peringatan, khususnya bagi orang yang ingin kembali kepada jalan Tuhannya.
Menempuh jalan kepada Tuhan berarti mengimani-Nya, mengerjakan perbuatan yang bersifat menaati-Nya, serta menundukkan diri kepada-Nya. Itulah upaya seseorang untuk mencapai marḍātillāh (keridaan Allah). Itulah jalan hidup yang lurus dan kokoh.
1. Ṡuluṡayil-Lail ثُلُثَىِ الَّيْلِ (al-Muzzammil/73: 20)
Kata ṡuluṡ berarti sepertiga, terambil dari kata ṡalaṡah yang berarti bilangan tiga. Dan kata ṡuluṡayil-lail berarti dua pertiga malam.
2. Yaḍribūna fil-arḍ يَضْرِبُوْنَ فِى اْلاَرْضِ (al-Muzammil/73: 20)
Kata yaḍribu adalah fi‘il muḍāri‘ dari kata ḍaraba-yaḍribu-ḍarban. Kata ḍaraba ini pada mulanya berarti memukul. Akan tetapi, ketika kata ḍaraba digabung dengan kata lain, maka maknanya berubah-ubah sesuai kata gabungannya. Misalnya, kata ḍaraba maṡalan berarti membuat suatu perumpamaan. Kata ḍaraba ‘alā berarti menutupi, sebagaimana dalam firman Allah, “Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (al-Kahf/18: 11) Maksudnya, Allah menghalangi mereka untuk mendengar, menidurkan mereka di dalam gua. Disebut demikian karena biasanya orang yang tidur tidak mendengar apa-apa, dan jika ia mendengar sesuatu maka ia terbangun. Kata gabungan ḍaraba fil-arḍ yang digunakan pada ayat yang sedang ditafsirkan ini berarti bepergian, baik untuk mencari rezeki atau untuk berjihad di jalan Allah. Beberapa kali Al-Qur’an menggunakan kata ini, dan seluruhnya memiliki arti yang senada

