ثُمَّ اَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ قُرُوْنًا اٰخَرِيْنَ ۗ
Ṡumma ansya'nā mim ba‘dihim qurūnan ākharīn(a).
Kemudian, Kami ciptakan setelah mereka umat-umat yang lain.
Habis sudah para pendurhaka dari kaum Nabi Hud. Kemudian Kami ciptakan lagi sesudah mereka yang binasa itu umat-umat yang lain, di antaranya kaum Nabi Salih, Lut, dan Syu’aib.
Setelah kehancuran kaum ‘Ad, pada ayat ini diterangkan tentang kaum Ṡamud, kaum negeri Madyan dan negeri Aikah, serta negeri Sodom. Kepada kaum Ṡamud Allah mengutus Nabi Saleh, tetapi kaum Ṡamud menolaknya, bahkan sampai membunuh unta Nabi Saleh yang merupakan mukjizatnya.
Sedangkan kepada penduduk Madyan dan Aikah, Allah mengutus Nabi Syuaib. Mereka juga durhaka dan menolak Nabi Syuaib, serta mereka suka mengurangi timbangan. Penduduk Sodom juga mengingkari Nabi Lut dan banyak yang melakukan homoseksual.
1. Ansya’nā أَنْشَأْناَ(al-Mu ’minūn/23: 42)
Ansya’nā terambil dari kata kerja ansya’a-yunsyi’u, yang artinya membuat atau menjadikan. Dalam ayat ini kata tersebut mengisyaratkan bahwa Allah telah menjadikan generasi-generasi lain, setelah dibinasakan generasi sebelumnya, yaitu kaum ‘Ād yang merupakan umat dari Nabi Hud. Generasi-generasi lain itu adalah umat Nabi Salih, umat Nabi Lut, umat Nabi Syu’aib, dan lainnya.
2. Tatrā تَتْرًا (al-Mu’minūn/23: 44)
Kata tatrā terambil dari kata watra yang artinya perurutan yang diselingi oleh selang waktu. Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa kedatangan para rasul itu tidak berturut-turut secara langsung, melainkan di antara mereka pasti ada selang waktu antar dua orang rasul sebagai kelanjutannya, seperti Nabi Adam dan Nabi Idris, Nabi Saleh dan Nabi Ibrahim, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan lainnya. Namun demikian, ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berarti berturut-turut tanpa selang waktu, seperti yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ishak, Nabi Yakub dan Nabi Yusuf, Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, dan lainnya.

