سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ فَاَنّٰى تُسْحَرُوْنَ
Sayaqūlūna lillāh(i), qul fa annā tusḥarūn(a).
Mereka akan menjawab, “Milik Allah.” Katakanlah, “(Kalau demikian), bagaimana kamu sampai tertipu?”
Wahai Nabi Muhammad! Pengingkaran orang-orang kafir itu sama sekali tidak berdasar, maka katakanlah kepada mereka, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi, memelihara, dan memenangkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari azab-Nya apabila Allah sudah menetapkan siksa baginya? Jawablah pertanyaan itu jika kamu mengetahui?” Mereka pasti akan menjawab, “Milik Allah.” Maka, jelas sudah apa yang sebenarnya ada di benak mereka. Katakanlah lagi, “Bila demikian maka bagaimana kamu sampai tertipu oleh hawa nafsu dan bujukan setan untuk mendurhakai-Nya dan meyakini hari Kebangkitan tidak akan terjadi?”
Mereka pasti akan menjawab bahwa yang demikian itu sifatnya adalah Allah semata. Oleh sebab itu, Allah memastikan bahwa mereka akan menjawab seperti itu dan memerintahkan kepada Nabi untuk menanyakan kembali kepada mereka. Kalau mereka mengetahui bahwa Allah Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa, mengapa mereka sampai tertipu dan berpaling dari agama tauhid dan selalu menentang Allah dan durhaka kepada-Nya? Dengan menyembah berhala atau lainnya seakan-akan mereka telah kena sihir dan pikiran mereka tak dapat mempercayai lagi sehingga akidah mereka menjadi kacau balau, mencampur aduk yang benar dengan yang salah, sehingga mereka mempersekutukan Allah dengan lain-Nya. Padahal Allah tidak akan membenarkan tindakan mereka itu bahkan sangat murka.
1. Al-’Arsy al-’Aẓīm اَلْعَرْشِ الْعَظِيْمِ (al-Mu’minūn/23: 86)
ﺍﻟﻌﺮﺵﺍﻟ ﻈﻴﻢ yaitu ‘arsy yang agung. Lafal ﺍﻟﻌﺮﺵ mempunyai banyak arti, antara lain yaitu: takhta, singgasana raja, istana, kemah, bangsal tempat duduk tamu-tamu kehormatan. Dalam ayat 86 Surah al-Mu’minūn ini dan pada ayat sebelumnya serta beberapa ayat sesudahnya, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang kafir itu memahami dan percaya bahwa pencipta, pemilik dan pengatur bumi, langit dan segala isinya adalah Allah yang mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Tetapi mereka tidak mau taat dan beribadah kepada Allah. Mereka mengakui Allah sebagai Tuhan secara Rububiyah yaitu pemelihara dan pengatur alam ini, tetapi mereka tidak mengakui Allah secara Uluhiyah yaitu satu-satunya Zat yang wajib disembah oleh semua hamba-Nya, yang wajib ditaati semua perintah dan dihindari semua larangan-larangan-Nya. Mereka lebih senang menyembah kepada benda-benda yang konkret seperti patung berhala, karena ini lebih jelas kelihatan oleh mereka.
2. Malakūt مَلَكُوْت (al-Mu’minūn/23: 88)
Malakūt terambil dari akar kata malaka yang berarti ‘memiliki’. Malakūt adalah masdar dari malaka itu yang diberi tambahan waw dan ta’, maknanya adalah segala yang khusus kepemilikannya hanya ada pada Allah, yang diterjemahkan dengan "perbendaharaan". Pada Surah al-Mu’minūn/23:88 Allah meminta Nabi Muhammad bertanya kepada orang kafir, "Siapakah yang (menguasai) di tangannya perbendaharaan segala sesuatu, dan Ia melindungi dan tidak dilindungi, jika kalian tahu?" Dalam al-An‘ām/6:75 disampaikan, "Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim perbendaharaan langit dan bumi," yaitu isi langit dan bumi yang begitu banyaknya sehingga bisa disebut pula "kerajaan".

