سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Sayaqūlūna lillāh(i), qul afalā tażakkarūn(a).
Mereka akan menjawab, “Milik Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu tidak ingat?”
Wahai Nabi Muhammad! Katakanlah kepada orang-orang yang keras kepala dan mengingkari hari Kiamat, “Milik siapakah bumi dan semua yang ada di dalamnya, jika kamu mengetahui?” Pasti mereka akan menjawab dengan spontan, “Milik Allah.” Katakanlah, “Jika demikian, maka apakah kamu tidak ingat dan sadar bahwa Tuhan yang memiliki sifat dan kekuasaan demikian pasti mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia setelah mati?”
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang kafir yang mengatakan bahwa tidak mungkin Allah kuasa menghidupkan kembali orang yang telah mati sedang tulang belulangnya telah remuk menjadi tanah dan tak mungkin Dia mengumpulkan mereka di padang Mahsyar nanti. Siapakah yang memiliki bumi dan segala yang ada padanya? Orang-orang kafir diminta untuk menjawab pertanyaan ini. Pada dasarnya mereka akan menjawab bahwa pemiliknya dan yang berkuasa atasnya ialah Allah, karena demikianlah kepercayaan nenek moyang mereka. Hanya mereka telah jauh menyimpang dari agama tauhid yang murni dan akidah mereka telah dikotori kepercayaan yang tidak benar dan menyesatkan. Oleh sebab itu, Allah mengemukakan pertanyaan ini kepada mereka seakan-akan mereka tidak mengetahuinya sama sekali atau telah melupakannya.
1. Al-’Arsy al-’Aẓīm اَلْعَرْشِ الْعَظِيْمِ (al-Mu’minūn/23: 86)
ﺍﻟﻌﺮﺵﺍﻟ ﻈﻴﻢ yaitu ‘arsy yang agung. Lafal ﺍﻟﻌﺮﺵ mempunyai banyak arti, antara lain yaitu: takhta, singgasana raja, istana, kemah, bangsal tempat duduk tamu-tamu kehormatan. Dalam ayat 86 Surah al-Mu’minūn ini dan pada ayat sebelumnya serta beberapa ayat sesudahnya, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang kafir itu memahami dan percaya bahwa pencipta, pemilik dan pengatur bumi, langit dan segala isinya adalah Allah yang mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Tetapi mereka tidak mau taat dan beribadah kepada Allah. Mereka mengakui Allah sebagai Tuhan secara Rububiyah yaitu pemelihara dan pengatur alam ini, tetapi mereka tidak mengakui Allah secara Uluhiyah yaitu satu-satunya Zat yang wajib disembah oleh semua hamba-Nya, yang wajib ditaati semua perintah dan dihindari semua larangan-larangan-Nya. Mereka lebih senang menyembah kepada benda-benda yang konkret seperti patung berhala, karena ini lebih jelas kelihatan oleh mereka.
2. Malakūt مَلَكُوْت (al-Mu’minūn/23: 88)
Malakūt terambil dari akar kata malaka yang berarti ‘memiliki’. Malakūt adalah masdar dari malaka itu yang diberi tambahan waw dan ta’, maknanya adalah segala yang khusus kepemilikannya hanya ada pada Allah, yang diterjemahkan dengan "perbendaharaan". Pada Surah al-Mu’minūn/23:88 Allah meminta Nabi Muhammad bertanya kepada orang kafir, "Siapakah yang (menguasai) di tangannya perbendaharaan segala sesuatu, dan Ia melindungi dan tidak dilindungi, jika kalian tahu?" Dalam al-An‘ām/6:75 disampaikan, "Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim perbendaharaan langit dan bumi," yaitu isi langit dan bumi yang begitu banyaknya sehingga bisa disebut pula "kerajaan".

