قَالَ اخْسَـُٔوْا فِيْهَا وَلَا تُكَلِّمُوْنِ
Qālakhsa'ū fīhā wa lā tukallimūn(i).
Dia (Allah) berfirman, “Tinggallah kamu di sana dengan hina dan janganlah berbicara dengan-Ku.”
Mendengar permohonan para pendurhaka, Dia berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, yakni neraka, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku karena tidak ada lagi kesempatan untuk tawar-menawar. Kalian, wahai para pendurhaka, tidak pula akan memperoleh kehormatan untuk berdialog dengan-Ku.” Mengingatkan kembali salah satu kedurhakaan mereka, Allah berfirman, “Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa, ‘Ya Tuhan kami, kami telah ber-iman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik.’
Ayat ini menerangkan jawaban Allah terhadap permintaan penghuni neraka untuk dapat dikembalikan ke dunia menebus kesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Allah menegaskan kepada mereka supaya tetap berada di dalam neraka, meringkuk dalam keadaan hina dan tidak mempunyai harga diri sedikit pun. Mereka harus diam dan tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Allah serta tidak mengulangi lagi perbuatannya karena mereka tak mungkin lagi dapat dikembalikan ke dunia.
1. Talfaḥu تَلْفَحُ (al-Mu’minūn/23: 104)
Talfaḥ terambil dari kata dasar lafaḥa artinya ‘menerpa’, seperti cahaya matahari menerpa wajah seseorang, atau pedang menerpa leher. Dalam Surah al-Mu’minūn/23: 104 dijelaskan bahwa neraka menerpa wajah orang kafir, yaitu memanggangnya. Karena panasnya api neraka itu, mereka menyeringai sehingga gigi mereka tampak.
2. Kāliḥūn كَالِحُوْنَ (al-Mu’minūn/23: 104)
Akar katanya adalah kalaha ‘menyeringai’ sehingga bibir tertarik ke atas dan gigi kelihatan karena menahan sakit. Begitulah yang terjadi nanti bagi yang masuk neraka (al-Mukminun/23:104).

