v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 9 - Surat Al-Mu'minūn (Orang-Orang Mukmin)
المؤمنون
Ayat 9 / 118 •  Surat 23 / 114 •  Halaman 342 •  Quarter Hizb 35 •  Juz 18 •  Manzil 4 • Makkiyah

وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۘ

Wal-lażīna hum ‘alā ṣalawātihim yuḥāfiẓūn(a).

serta orang-orang yang memelihara salat mereka.

Makna Surat Al-Mu'minun Ayat 9
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Serta beruntung pulalah orang yang memelihara salatnya, di antaranya dengan memelihara waktu salat yang utama, yaitu awal waktu, serta memelihara pula rukun, wajib, dan sunahnya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Memelihara salat yang lima waktu. Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat yang ketujuh, yaitu orang mukmin yang berbahagia itu selalu memelihara dan memperhatikan salat lima waktu secara sempurna, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan dan rukun-rukun. Ayat ini tidak sama dengan ayat kedua di atas, sebab di sana disebutkan bahwa mereka khusyuk dalam salatnya, sedangkan di sini disebutkan, bahwa mereka selalu memelihara salat dengan tertib dan teratur. Kelompok ayat-ayat ini dimulai dengan menyebutkan salat dan disudahi pula dengan menyebut salat, hal ini mem-beri peringatan betapa pentingnya salat yang telah dijadikan tiang agama. Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang mendirikan salat sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan salat, sungguh ia telah merobohkan agama.” Berikut penjelasan hadis mengenai keutamaan salat:

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ اِلَى اللّٰهِ قَالَ اَلصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ اَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ اَيٌّ قاَلَ اَلْجِهَادُ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ. (رواه الشيخان)

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, saya bertanya kepada Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah, Nabi menjawab, salat pada waktunya, kemudian apa? Nabi menjawab, birrul wālidain (berbuat baik kepada kedua orang tua). Kemudian apa lagi? Nabi bersabda, jihad di jalan Allah. (Riwayat asy-Syaikhān)

Tersebut pula dalam sebuah hadis Nabi saw:

عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِسْتَقِيْمُوْ ا وَلَنْ تُحْصُوْا، اِعْلَمُوْا اَنَّ خَيْرَ اَعْمَالِكُمْ اَلصَّلَاةُ وَلَايُحَافِظُ عَلَى الصَّلَاةِ اِلَّا مُؤْمِنٌ. (رواه احمد والحاكم والبيهقى)

Dari Ṡaubān, Nabi bersabda, “Istiqamahlah kamu dan jangan menghitung-hitung. Ketahuilah bahwa perbuatanmu yang paling baik ialah salat, dan tidak ada orang yang menjaga salat melainkan orang yang beriman. (Riwayat Aḥmad, al-Ḥākim dan al-Baihaqī)

Isi Kandungan Kosakata

1. Aflaḥa أَفْلَحَ (Al-Mu’minūn/23: 1)

Aflaḥ ( أفلح ) artinya sukses bisa mencapai yang diinginkan. Kata aflaḥa terambil dari akar kata ف ل ح , artinya membelah, dari sini petani disebut الفلاّح (al-fallāḥ), karena dia mencangkul untuk membelah tanah untuk ditanami benih, benih ini akan tumbuh dan memberi hasil yang sangat diharapkan, dari sini maka memperoleh apa yang diharapkan juga dinamai al-falāḥ.

Layak diperhatikan penamaan al-fallāḥ pada petani dan kaitannya dengan kesuksesan memberi kesan bahwa suatu perbuatan baik membutuhkan proses dan waktu yang panjang dan juga usaha keras sampai tiba waktu menuai hasil. Tanpa usaha keras dan waktu yang panjang, kesuksesan sulit dicapai.

2. Khāsyi’ūn خَاشِعُوْنَ (al-Mu’minūn/23: 2)

Khāsyi’ūn (خاشعون) artinya orang-orang yang khusyuk. Terambil dari kata خ ش ع , berarti tenang atau tunduk (الخضوع). Namun menurut Ibnu Faris tunduk digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyuk digunakan pada suara (Ṭāhā/20:108 وخشعت الأصوات ) dan pandangan (al-Qalam/68: 43 خاشعة أبصارهم).

Al-Aṣfahānī menafsirkan khusyū’ dengan ضراعة artinya diam. Khusyū’ digunakan untuk ketenangan anggota tubuh, sedangkan الضراعة digunakan untuk ketenangan hati (al-Isrā’/17: 109 ويزيدهم خشوعا).

Pepatah mengatakan إذا ضرع القلب خشعت الجوارح , jika hati sudah khusyuk maka anggota tubuh diam, tidak bergerak.

Dari dua definisi ini dapat dipahami bahwa khusyuk dalam ayat ini adalah kesan khusus dalam hati orang yang sedang menunaikan salat dengan mengerahkan seluruh pikiran dan isi hatinya pada bacaan salat dan mengabaikan hal-hal selainnya.

Sementara itu ulama mengatakan bahwa khusyuk yang dimaksud dalam ayat ini adalah rasa takut jangan sampai salat yang dilakukannya tertolak. Rasa takut ini antara lain ditandai dengan ketundukan mata ke tempat sujud. Rasa takut itu bercampur dengan kesigapan dan kerendahan hati serta harapan agar salatnya diterima.