وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰىٓ ۙ
Wa mā khalaqaż-żakara wal-unṡā.
dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan,
Demi penciptaan laki-laki dan perempuan dari setetes mani. Manusia tidak mempunyai rekayasa apa pun dalam penciptaan kedua jenis ini. Semua diatur oleh Allah sesuai kebijaksanaan-Nya terhadap makhluk.
Selanjutnya, Allah bersumpah dengan laki-laki dan perempuan yang telah diciptakan-Nya. Ini adalah juga dua makhluk yang berlawanan jenis dan kodratnya.
Lasyattā لَشَتَّى (al-Lail/92: 4)
Lasyattā terdiri atas dua kalimat, lām taukīd yang diartikan dengan “sungguh” dan syattā. Syattā adalah bentuk jamak dari kata syatīt yang terambil dari kata syatata-asy-syatt yang berarti keterpencaran dan keterpisahan yang sangat jauh dan tidak teratur. Kata ini mengandung makna perbedaan dan keanekaragaman. Dalam Surah az-Zalzalah/99: 6, Allah menggambarkan keadaan manusia pada hari Kiamat terpencar dan keluar dengan bermacam-macam keadaan. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah perbedaan yang menonjol dalam berbagai hal, sifat, dan kondisi. Kata syattā terulang sebanyak 5 kali: syattā 3 kali dan asytāta 2 kali.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Hal ini untuk membuktikan kesempurnaan kekuasaan dan kehendak-Nya. Dalam ayat ini, Allah bersumpah, “Demi malam apabila menutupi sedikit demi sedikit alam sekeliling dengan kegelapannya dan demi siang apabila terang benderang karena pancaran sinar matahari sehingga menampakkan dengan jelas apa yang tersembunyi, dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina serta setiap makhluk yang berpasangan dan dengannya berkembang biak, sesungguhnya usaha kamu sebagaimana perbedaan malam dan siang, laki-laki dan perempuan yang memang berbeda-beda. Ada yang bermanfaat dan ada juga yang merusak. Ada yang berdampak kebahagiaan dan ada juga kesengsaraan. Ada yang mengantar ke surga dan ada juga yang ke neraka”.

