v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 76 - Surat Al-Kahf (Gua)
الكهف
Ayat 76 / 110 •  Surat 18 / 114 •  Halaman 302 •  Quarter Hizb 31 •  Juz 16 •  Manzil 4 • Makkiyah

قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا

Qāla in sa'altuka ‘an syai'im ba‘dahā falā tuṣāḥibnī, qad balagta mil ladunnī ‘użrā(n).

Dia (Musa) berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku.”

Makna Surat Al-Kahf Ayat 76
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Mendengar peringatan kedua itu, Nabi Musa merasa tidak enak dan malu. Namun, karena keinginan untuk memperoleh ilmu darinya sangat kuat, dia memohon agar diberi kesempatan lagi. Dia berkata kepadanya, “Jika aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu yang kaulakukan setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu dalam perjalanan ini. Sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar terhadapku yang terlalu banyak bertanya dan engkau juga mau menerima alasan dariku dan memaafkan aku.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Selanjutnya Musa berkata, “Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang suatu perbuatanmu yang aneh-aneh itu yang telah aku saksikan, karena aku ingin mengetahui hikmahnya bukan untuk sekedar bertanya saja. Maka jika aku bertanya sekali lagi sesudah kali ini, maka janganlah kamu mengizinkan aku menyertaimu lagi, karena kamu sudah cukup memberikan maaf kepadaku.” Inilah kata-kata Musa yang penuh dengan penyesalan atas perbuatannya yang terpaksa dia akui dan insafi.

Diriwayatkan dalam suatu hadis yang sahih bahwa Nabi Muhammad saw bersabda tentang keadaan Nabi Musa itu sebagai berikut:

رَحْمَةُ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى مُوْسَى، لَوْ صَبَرَ عَلَى صَاحِبِهِ لَرَأَى الْعَجَبَ، لَكِنْ أَخَذَتْهُ مِنْ صَاحِبِهِ ذَمَامَةٌ فَقَالَ: اِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْئٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِيْ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّيْ عُذْرًا. (رواه مسلم عن أُبي بن كعب)

Semoga Allah memberi rahmat kepada kita dan kepada Musa. Seandainya beliau sabar pada sahabatnya (Khidir), tentu beliau banyak menyaksikan keajaiban tentang ilmu hakikat, tetapi karena beliau merasa malu untuk menghadapi celaan lagi dari sahabatnya (Khidir), maka beliau berkata, “Kalau aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu menemani aku. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberi maaf kepadaku.” (Riwayat Muslim dari Ubay bin Ka’ab)

Isi Kandungan Kosakata

Ladunnī لَدُنِّيْ (al-Kahf/18:76)

Ladunnī artinya “dari sisi-Ku.” Kalimat yang menunjukkan arti ẓaraf makan, sama seperti lafal ‘inda dan ladā yang memberi arti kehadiran dan kedekatan. Hanya ada beberapa perbedaan antara ladun, ‘inda dan ladā, antara lain ialah, pertama: ladun hanya digunakan untuk ibtida’ gayah atau permulaan dari kesudahan satu pekerjaan, sementara yang lain bisa untuk ibtida’ gayah dan lainnya. Kedua, ladun tidak bisa digunakan untuk menjadi tambahan satu ungkapan (faḍlah). Posisinya cukup penting (umdatul kalam), sementara yang lain bisa.