ذُرِّيَّةً ۢ بَعْضُهَا مِنْۢ بَعْضٍۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۚ
Żurriyyatam ba‘ḍuhā mim ba‘ḍ(in), wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
(Mereka adalah) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah juga memilih mereka sebagai satu keturunan yang suci, yang sebagiannya adalah pewaris dari sebagian yang lain berupa kesucian, kemuliaan, dan kebaikan. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ini sebagai isyarat bahwa ketokohan mereka didasarkan atas ilmu Allah yang sempurna, sehingga mereka layak didengar ucapannya dan diteladani perilakunya.
Kedua keluarga - keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah satu keturunan yang bercabang-cabang menjadi beberapa keturun-an [44]. Keturunan Ibrahim ialah “Ismail dan Ishak.” Ibrahim sendiri adalah turunan Nabi Nuh, dan Nabi Nuh berasal dari Nabi Adam. Keluarga Imran yaitu Musa, Harun, 'Isa dan ibunya adalah cucu-cucu Nabi Ibrahim.
Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42).

