v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 116 - Surat Āli ‘Imrān (Keluarga Imran)
اٰل عمرٰن
Ayat 116 / 200 •  Surat 3 / 114 •  Halaman 65 •  Quarter Hizb 7.25 •  Juz 4 •  Manzil 1 • Madaniyah

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Innal-lażīna kafarū lan tugniya ‘anhum amwāluhum wa lā aulāduhum minallāhi syai'ā(n), wa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).

Sesungguhnya orang-orang yang kufur, baik harta maupun anak-anaknya, sedikit pun tidak dapat menolak (azab) Allah. Mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.

Makna Surat Ali ‘Imran Ayat 116
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Jika amal perbuatan orang yang beriman akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ketentuan itu tidak berlaku bagi orang kafir. Sesungguhnya tidak akan berguna bagi orang-orang kafir, baik harta yang dikumpulkan dan dipuja maupun anak-anak mereka yang selalu dibangga-banggakan, sedikit pun tidak dapat memberi manfaat untuk menolak azab dan siksa yang sudah ditetapkan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Mereka itu penghuni neraka sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka selama hidup di dunia, dan mereka kekal di dalamnya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini turun berkenaan dengan orang Yahudi dan kaum musyrik yang selalu mencerca dan menghina Nabi Muhammad saw, serta pengikut-pengikutnya. Mereka mengatakan, “Kalau Muhammad dan pengikut-pengikutnya memang orang yang benar dan dapat dipercaya, kenapa mereka selalu dalam kemiskinan dan kemelaratan, padahal kitalah yang kaya-kaya dan banyak anak.”

Mereka selalu membanggakan hal ini kepada orang-orang yang beriman dan mencoba menariknya agar berpihak kepada mereka dan kembali menganut agama nenek moyang mereka. Hal ini biasa dilakukan orang kafir pada masa dahulu terhadap nabi-nabi yang diutus Allah sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

وَقَالُ ْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْن َ ٣٥ (سبأ)

Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba’/34:35).

Maka sebagai jawaban atas penghinaan dan tantangan itu diturunkanlah ayat ini yang menegaskan bahwa banyak harta dan anak tidak akan melepaskan mereka dari siksaan di akhirat kelak.

Isi Kandungan Kosakata

Żalamū Anfusahum ظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ (Āli ‘Imrān/3:117)

Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu ẓalamū dan anfusahum. Żulm adalah “menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Gabungan dua kata tersebut membawa pada arti (kaum) yang berlaku lalim pada diri sendiri. Dalam kata ẓalamu terdapat dua aspek yang saling terkait, yaitu aspek subjek yang melakukan perbuatan lalim, dan aspek perbuatan lalim. Siapakah subjek yang berbuat lalim dan perbuatan lalim apakah yang mereka lakukan? Subyek yang berbuat lalim terhadap diri sendiri di sini adalah orang kafir yang disebutkan pada ayat sebelumnya, sedangkan perbuatan lalim yang mereka lakukan ialah tindakan menginfakkan harta dengan motivasi hal-hal duniawi, bukan dengan motivasi memperoleh perkenan dan balasan Allah swt. Tindakan menginfakkan harta oleh orang kafir, dengan motivasi duniawi, tidak akan memperoleh balasan apa pun kecuali kehampaan, seperti kehampaan orang-orang yang bercocok tanam, tetapi tanamannya diterjang oleh badai yang membawa banjir bandang yang melumatkan pertaniannya. Tentu tidak ada hasil apa pun yang dapat dipanennya. Tindakan orang kafir yang demikian itu dipandang sebagai tindakan lalim pada diri sendiri, karena motivasi yang salah lahir dari mereka sendiri, dan motivasi yang salah itu dikarenakan mereka tidak beriman.