v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 4 - Surat Āli ‘Imrān (Keluarga Imran)
اٰل عمرٰن
Ayat 4 / 200 •  Surat 3 / 114 •  Halaman 50 •  Quarter Hizb 5.75 •  Juz 3 •  Manzil 1 • Madaniyah

مِنْ قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَاَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ەۗ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ

Min qablu hudal lin-nāsi wa anzalal-furqān(a), innal-lażīna kafarū bi āyātillāhi lahum ‘ażābun syadīd(un), wallāhu ‘azīzun żuntiqām(in).

sebelum (turunnya Al-Qur’an) sebagai petunjuk bagi manusia, dan menurunkan Al-Furqān (pembeda yang hak dan yang batil). Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, bagi mereka azab yang sangat keras. Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).

Makna Surat Ali ‘Imran Ayat 4
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dia menurunkan Kitab Al-Qur’an secara berangsur-angsur kepadamu, wahai Nabi Muhammad, yang mengandung kebenaran dan dalam keadaan hak, baik kandungan, cara menurunkan, yang membawanya turun, maupun yang menerimanya. Kandungan Al-Qur’an itu membenarkan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya yang pernah diwahyukan kepada para nabi dan rasul, yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah, syariah dan akhlak. Dan Allah juga menurunkan sekaligus, tidak berangsur-angsur, kepada Nabi Musa kitab Taurat dan kepada Nabi Isa Kitab Injil sebelum turun-nya Al-Qur’an. Ketiga kitab suci tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan ketiga kitab suci tersebut sebagai al-Furqan yang berfungsi membedakan antara yang hak dan yang batil. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah dengan menutupi tanda-tanda keesaanNya, baik yang terbentang di alam raya, melalui kitab suci maupun fitrah yang melekat pada diri setiap insan, akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa yang tidak seorang pun dapat mengalahkanNya, lagi mempunyai hukuman bagi orang yang mengingkari bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Sebelum Al-Qur′an diturunkan, Taurat dan Injil menjadi petunjuk bagi manusia, dan kemudian diturunkanlah Al-Furqan yaitu Al-Qur′an, kitab yang dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah.

Pada akhir ayat ini, Allah mengancam dengan azab yang pedih terhadap orang-orang yang tetap ingkar dan tidak mau tahu dengan kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para rasul, orang-orang yang tidak mau menggunakan akal pikirannya untuk membedakan antara kepercayaan yang benar dengan yang salah, antara agama-agama yang diridai Allah dengan yang tidak diridai-Nya. Mereka semua akan dimasukkan ke dalam neraka. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah keputusan Allah dan tidak ada yang dapat mengelakkan dan mempertahankan diri dari azab-Nya. Allah akan membalas segala bentuk keingkaran dan pembangkangan terhadap hukum-hukum-Nya serta mengazab pelaku-pelakunya dengan azab yang setimpal.

Isi Kandungan Kosakata

1. Muḥkamāt مُحْكَمَاتْ (Āli ‘Imrān/3: 7)

Kata muḥkamāt dalam surah Āli ‘Imrān, ayat 7, merupakan sifat dari kata ayat sebelumnya. Kata āyātun muḥkamāt berarti ayat-ayat yang muḥkamāt. Kalau yang disebutkan ayat, maka sifatnya adalah muḥkamāt. Kalau yang disifati naṣ (teks), maka sifatnya adalah muḥkam, sehingga lahirlah dua macam terminologi, yaitu ayat muhkamat atau naṣ muḥkam. Ada juga yang mengatakan, kata muḥkamat bentuk jamak dari kata muḥkam, sebagaimana kata mutasyābihāt merupakan bentuk jamak dari kata mutasyābih. Secara harfiah, muḥkam atau muḥkamāt artinya kukuh atau yang dikukuhkan (al-mutqan). Kata dasar dari kalimat ini adalah (ḥakm) yang berarti mencegah, menolak. Bangunan yang kukuh disebut binā′ – muḥkam karena bisa mencegah dari ambruk. Secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasan tentang arti kata muḥkamat yang terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur′an. Sebagian dari mereka ada yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan muḥkamāt ialah ayat yang telah jelas maknanya, sehingga tidak perlu ta′wīl atau takhṣīṣ. Dalam terminologi ulama tafsir, ayat-ayat muḥkamāt cenderung mudah ditangkap maknanya karena memang jelas tunjukkannya pada makna tersebut.

2. Mutasyābihāt مُتَشَاِبهَاتْ (Āli ‘Imrān/3: 7)

Kata mutasyābihāt juga merupakan sifat bagi kata ayat. Secara bahasa, kata ini berarti serupa dan samar. Ayat mutasyābihāt berarti ayat yang maknanya samar; dalam arti tidak jelas tunjukan maknanya di antara berbagai kemungkinan makna. Dalam rangka memperoleh kejelasan makna yang dimaksud, seorang ulama perlu melakukan perenungan mendalam (ijtihad) dalam rangka menetapkan pilihan makna yang sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Penetapan makna yang sesuai itu diperoleh melalui kerangka takwil, yang batasannya, antara lain, adalah: memalingkan suatu lafal dari maknanya yang hakiki (harfiah) ke arah salah satu dari beberapa kemungkinan makna yang ada, dengan syarat makna yang dipilih itu sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Jadi, ayat mutasyābihāt atau nas mutasyābih, dalam dirinya, membawa sebuah tantangan bagi ulama untuk melakukan penakwilan agar makna yang tersamar menjadi jelas. Ayat mutasyābihāt yang telah di-muḥkamat-kan melalui proses penakwilan, relatif telah jelas maknanya, dan tidak lagi dianggap sebagai ayat mutasyābihāt.