v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 49 - Surat Al-Ḥāqqah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)
الحاۤقّة
Ayat 49 / 52 •  Surat 69 / 114 •  Halaman 568 •  Quarter Hizb 57.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَاِنَّا لَنَعْلَمُ اَنَّ مِنْكُمْ مُّكَذِّبِيْنَۗ

Wa innā lana‘lamu anna minkum mukażżibīn(a).

Sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada para pendusta.

Makna Surat Al-Haqqah Ayat 49
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa di antara kamu wahai manusia ada orang yang mendustakan disamping ada pula yang menerimanya dengan segala ketulusan hatinya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini merupakan peringatan keras kepada kaum musyrik. Dijelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terdapat di alam ini, sejak dari yang kecil sampai yang besar, yang halus sampai yang kasar, serta yang tidak tampak sampai yang tampak. Oleh karena itu, Allah mengetahui setiap orang yang mendustakan Al-Qur’an, mengingkari rasul, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang. Maka Allah akan melakukan tindakan dan menghukum dengan seadil-adilnya di antara manusia, sesuai dengan perbuatannya.

Dari perkataan “minkum” (sebahagian kamu) yang terdapat dalam ayat ini dapat dipahami bahwa ada di antara orang musyrik itu yang mempercayai kebenaran Al-Qur’an dan Rasulullah. Akan tetapi, karena hawa nafsu, takut dipencilkan kaumnya, takut kehilangan pangkat dan harta, mereka mendustakannya. Allah berfirman:

اِنَّهٗ فَكَّرَ وَقَدَّرَۙ ١٨ فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَۙ ١٩ ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَۙ ٢٠ ثُمَّ نَظَرَۙ ٢١ ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَۙ ٢٢ ثُمَّ اَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَۙ ٢٣ فَقَالَ اِنْ هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ يُّؤْثَرُۙ ٢٤ اِنْ هٰذَآ اِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِۗ ٢٥

Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia (merenung) memikirkan, lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, “(Al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia.” (al-Muddaṡṡir/74: 18-25)

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Watīn الْوَتِيْنُ (al-Ḥāqqah/69 : 46)

Kata al-Watīn terambil dari kata watana-yatinu-wutūnan atau watinatan. Kata ini memiliki makna urat atau pembuluh yang mengalir pada hati, jika pembuluh itu berhenti mengalir berarti sang pemilik hati telah mati. Kata al-watīn ada juga yang memahaminya dalam arti urat yang berhubungan dengan jantung, ada juga yang menyatakan ia adalah urat nadi yang terdapat di leher seperti yang difirmankan Allah dalam Surah Qāf/50: 16. Dari makna-makna di atas dapat disimpulkan bahwa kata al-watīn adalah sesuatu yang memiliki makna vital bagi kehidupan manusia. Dengan urat atau pembuluh tersebut, manusia bisa hidup atau mati.

Ayat ini bermaksud menyatakan bahwa seandainya Muhammad melakukan kebohongan atau mengada-ada seperti tukang ramal atau tukang tenung, niscaya dia tidak akan bertahan hidup karena Tuhan akan segera menyiksa dan membinasakannya dengan cara memotong urat tali jantungnya. Namun demikian, hal itu tidak akan terjadi karena Muhammad bukanlah seorang kāhin (tukang tenung) atau tukang ramal. Hal ini merupakan bukti bahwa apa yang beliau sampaikan adalah benar-benar wahyu dari Allah.

2. Ḥājizīn حَاجِزِيْنَ (al-Ḥāqqah/69: 47)

Kata ḥājizīn merupakan bentuk jamak dari ḥājiz yang berasal dari kata ḥajaza-yaḥjazu-ḥajzan yang berarti menghalangi/memisahkan antara dua hal, atau sesuatu yang memisahkan antara keduanya. Firman Allah: “wa ja‘ala baina al-baḥraini ḥājizān” berarti “dan Kami jadikan antara kedua laut itu pemisah”. Kota Mekah disebut dengan negeri Ḥijāz karena posisinya yang memisahkan antara kota Syam dan padang pasir (daerah pedalaman). Al-Ḥijāz juga diartikan dengan tali kekang yang menghubungkan pinggang unta ke pergelangannya. Dari beberapa pengertian di atas, lafal al-ḥājiz berkisar pada makna pembatasan, pencegahan, pengekangan, penghalangan, penahanan, dan pemisahan.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Muhammad bukanlah seorang pembohong seperti yang dituduhkan orang-orang kafir. Seandainya dia adalah tukang tenung, maka niscaya Allah akan membinasakannya dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang atau pencegah atas kehendak-Nya. Artinya, jika Allah berkehendak untuk memotong urat jantung Nabi Muhammad sehingga dia tidak akan bertahan hidup, tentu sekali-kali tidak seorang pun yang bisa mencegah atau melarang-Nya.